Posts

Showing posts from January, 2011

Penjual Racun di Dalam Kereta

      Suasana di salah satu gerbong kereta listrik Ekonomi jurusan Stasiun Kota - Bogor terlihat seperti hari-hari kemarin, sunyi. penumpang yang berdempet dan berdesakan lebih banyak diam, hanya para penjual Buah, Aksesoris, Pulsa, sampai Kaus Kaki yang berteriak lantang menjajakan dagangan mereka.       Sesekali badan penumpang bergoyang saat roda kereta melindas sambungan rel, keringat mengucur dari pelipis para penumpang, panas dan gerah, karena tak ada AC di kereta kelas ekonomi, Kipas yang berputar-putar hanya mengeluarkan angin yang juga panas. terlihat beberapa penumpang tengah sibuk memencet-mencet tombal HP-nya, mungkin para copet bersiaga di dekat pintu gerbong sambil melamunkan anak bini mereka, sedangkan di atap gerbong, banyak penumpang lain yang sedang mengobrol, menunduk rendah takut tersengat listrik mematikan.       Dinding gerbong penuh dengan coretan, kebanyakan nama sebuah sekolah, ataupun nama-nama orang jorok yang ingin cepat terkenal, mungkin. Bahka

POT POT MARAH

Marah, marahlah sepuasmu, toh kebanyakan mereka menyuarakan semuanya dengan marah, marahlah karena kebodohanmu muncul kala kau marah. Sang Nafas Masih setia menyusuri jalan buncit raya, jalan lurus dari mampang perempatan dan berakhir tepat di pintu gerbang taman marga satwa ragunan. Jalan yang bergumul dengan kebahagiaan, kesedihan dan kemarahan, jalan yang belum punya sisi bagi pejalan kaki untuk tenang, tanpa khawatir diserempet mobil.yah jalan yang masih berupa jalan lurus penuh dengan berbagai macam lakon kehidupan. Beberapa hari yang lalu pemkot jaksel meletakkan pot pot besar dari semen berisi pohon berpucuk merah indah . Pot pot seperti gelas raksasa dengan warna cokelat mengkilat itu di tebar sepanjang sisi jalan, mencoba berebut hak dengan pejalan kaki yang memang haknya selalu direbut kereta angin dan gerobak bermesin kehausan jalan. Pot pot itu juga berbagi tempat dengan pohon-pohon yang ditanam di tengah jalanan kecil yang dahulu kala konon jalan itu untuk

Secuil Pagi di Tahun Baru

Image
jakarta pagi hari Halte-halte busway seperti BHI, sarinah, dan monas begitu ramai, orang-orang terlihat antri berdesakan bulir-bulir keringat meluncur dari pelipis mereka, tidak seperti hari-hari biasa. mereka itu seperti bukan penduduk asli jakarta, terdengar desas desus bahasanya pun berbeda, baju mereka beraneka warna, sambil berhimpitan menunggu bus transjakarta datang mengangkut, akhirnya bus pun datang, sayang karena hanya segelintir orang yang bisa masuk, bus telah penuh sesak oleh penumpang dari halte-halte sebelumnya, beberapa mencoba menerobos, tapi terlambat karena pintu bus segera menutup. gerutuan tak jelas terdengar di antara mereka. Kebanyakan mereka berpasangan, muda- mudi, terlihat seorang perempuan meletekkan dagu di pundak teman lelakinya, Tampak sedikit rasa lelah dari diri mereka lantaran menunggui bus yang sering terlambat. Di sudut lain, di sepanjang jalan dekat Bundaran HI nampak Wajah wajah menahan kantuk, rambut tak terlalu rapih, pakaian sediki

temanku dan hpnya

Jakarta baru saja selesai terbebas dari lilitan gelap malam dan serbuan nyamuk, walau nyatanya masih ada sisa-sisa nyamuk berterbangan, tapi tak seberapa. Matahari terbit, jalan-jalan di selimuti kabut asap kendaraan tak lulus uji emisi. Pagi itu, Ia baru datang dari cikampek, badannya terlihat lemas, wajahnya murung, ia datang membawa kabar sedih, hp nya hilang di curi saat mampir ke rumah temannya. Kami sebagai temannya satu kostan dan satu tempat belajar turut merasa sedih atas kepergian hpnya, sekarang ia tak dapat berkomunikasi dengan leluasa. di Jakarta ia segera membuat kartu SIM baru dengan nomor lama, sementara saat ini ia masih meminjam hp ke sana-sini hanya sekedar melihat sms masuk, keuangan saat ini belum mendukungnya membeli hp baru. Tak lama setelah hp nya hilang, ia membeli hp nokia second type 3100, kami senang dan bahagia melihatnya mempunyai hp baru. Wajahnya kembali sumringah seperti sedia kala, kami juga merasa tak di repotkan lagi karena ia tak perlu sibuk