Posts

Showing posts with the label khayal

Cermin : sore itu

Aku, tahu diriku sendiri... Sore itu, langit seakan menyentuh horison..aku duduk sendiri di depan sebuah rental playstation, menunggui orang-orang sialan itu bermain bola lama-lama, sebentar-benar teriak sambil mengangkat stick ps tinggi-tinggi.. Aku menunggu, ya aku bekerja sebagai penjaga rental ps, mendengarkan celotehan anak-anak yang ribut saat main, menasehati agar tidak keras keras memencet stick jika tukang bangunan ingin ikutan.., sial, stick yang baru seminggu bisa pada copot jika tukang bangunan yang sewa.., jempol mereka terbiasa memegang palu dan paku.. Di rental dengan 20 layar tivi ini aku berkerja, dari jam 8 sampai 11 malam, kalau bosan aku kabur, paling kena damprat pemilik rental, ia kutuki aku, tapi kutukannya tak berkarma, aku tak pernah dikeluarkan, susah mencari orang sepertiku, yang mau bekerja 15 jam sehari, memang hanya menunggu.. Makan tinggal makan, minum tersedia, tapi bosannya membuat aku mau mati.. Di rental ini dengan ukuran 15x8 meter...

Tahun sejuta Masehi

Di sebuah ruangan penuh dengan kawan-kawan yang sedang berlatih memerankan tokoh-tokoh yang didapatnya...'Kami akan menampilkan masrahiyah/sandiwara 24 bulan lagi atau mungkin lebih, mengangkat tema kehidupan, cerita diambil dari cerpen Taufik al hakim dengan judul 'Tahun Sejuta Masehi'... Aku sedang duduk diatas panggung, bersamanya.. Sengaja memilih panggung karena cukup nyaman dan tak terlalu berisik. 'Mau ke mana?' Tanyaku padanya.. 'Mau ke belakang' jawabnya singkat 'Jangan lama-lama ya, di sana ramai' 'Emang kalau ramai kenapa?' Alisnya bertemu.. 'Aku sendirian di sini, dialog dan scene kita cukup banyak...' Kataku lemah. 'Siip, tenang aja, Aku ga lama..' 'Bener yaa??... 'Iyaaa... 'Lima menit?' 'Tiga menit pun aku akan kembali lagi..' Aku memperhatikan jalannya dari kejauhan, seorang perempuan yang luar biasa, batinku. 'Sepuluh menit ia belum kembali, Aku menyusulnya ke ...

Edelwis di Seberang Jalan

Image
  Syahdan di sebuah gunung berimba, dengan hewan hewan yang jarang bertatap manusia, ada seorang muda mendirikan sebuah tenda beralas tikar pandan. di sekelilingnya suara tongeret mulai ramai bersahutan selaput tipis kabut mulai memudar.    " Ini waktunya " si pemuda berkata pada dirinya sendiri dengan uap mengepul dari mulutnya.  berjalan seorang diri memasuki mandalawangi, sebuah daerah lapang di atas gunung yang kini ia tempati. setelah mendapat tempat di atas rerumputan tipis ia duduk sambil mendekap lutut. dingin pagi masih merasuk jari jari.    Di kejauhan nampak sesuatu yang putih dengan bercak-bercak kuning tersiram Mentari pagi, sambil bersedekap si muda menatap dengan tersenyum lebar,  lama ia tersenyum,   " Edelwis rupamu menawan,    inginku memilikimu, setangkai pun tak apa   tapi loka berkata tidak untukku   para jagawana siang malam menjaga   haruskah, haruskah kumembawamu barang sepetik"...

Duduk di Atas Batu Nisan

         Setiap Aku berjalan di keramaian, entah mengapa manusia-manusia itu begitu sibuk memperhatikanku, seakan mereka menaruh simpati, simpati pada apa aku tak tahu, yang penting kini aku hidup nyaman, bebas tanpa beban, tanpa apapun itu yang dahulu saat kubelum sebebas saat ini membuatku pusing, kini aku merasa menjadi diriku sendiri, tanpa ingin di ganggu dan mengganggu, bukankah itu tujuan kehidupan masa kini.     Aku berusaha menelelanjangi diriku sebisanya, cinta membuatku terlalu rindu akan syahwat, padahal setelah kutahu nyatanya cinta dan ahwat itu berbeda, syahwat hanyalah setitik zarah dalam cinta, ah pusing pusing...!, ya syahwat yang dahulu pula menutupi diriku dengan pakaian milikku, kini kulepas pakaian itu, hartaku ku lempar, karena Aku tahu cinta itu bukan syahwat, cinta adalah ketelanjangan. telanjang dari segala-galanya, namun syahwat hanya bisa menggerakkan sebagian menggerakkan jasmaniku, syahwat hanya mamp...

Halte busway jati padang

(Di bawah pohon kapuk di samping tumpukkan sampah di seberang halte jati padang jam 03.30 pagi,  sambil menghisap rokok). Di sinilah aku, di temani nasibku sebagai pemulung, sampah-sampah teronggok itu, mereka adalah harapan perutku hari ini.   Tahukah kamu, Aku mesti bangun pagi, ya mesti kabar ini tak penting untukmu, tapi tak apalah, Hitung hitung aku bercerita pada diriku sendiri, Pagi sekali aku harus bangun, bahkan lebih pagi lagi, mungkin jam 2 atau jam 2.30, saat kau masih nyenyak dengan mimpimu, saat kotoran di matamu mulai terbentuk.Saat itu para pemulung...