Posts

Showing posts with the label puisi

Bukan eskapisme

Bagiku, mengejarmu adalah sebuah kehebatan. Menjadikanmu jatuh ke pelukanku adalah sebuah prestasi tertinggi. Satu satunya ciptaan Tuhan yang mampu selalu menarik hati ini untuk berjuang lagi dan lagi. Namun, aku kehabisan cara untuk membuatmu jatuh cinta, pada dinding kemustahilan dan pesimisme pada Tuhan, pesimisme ? Bisa saja sebuah optimisme gaya baru, aku dimestikannya untuk beristirahat sejenak, Dari mengejar fatamorgana rasa. Karena aku belum juga romantis, Belum bisa menjadikan wanita wanita yang kudekati nyaman. Tapi, aku .. ya Aku, aku akan memperjuangkan siapa saja yang menjadi istriku, menjadi Ibu bagi anak anaku. Tunggu aku Tuhan, Aku akan mengejar untuk mendapatkan cintaMu saja, cinta yang tak berkesudahan, dan menimbulkan sakit hati.

Hujan.

Hujan deras, menyisakan rinai di sudut genting satu satu ia jatuh tak kuat bergelantungan membawa berbagai cerita kembali ke dalam tanah. ke dalam sepi dahulu saat hujan masih bicara Sering ia menceracau pada Ibu kini hujan sudah bisu, di tanya pun tak bersuara

Kata-kata

kata-kata bukan nyata, juga rasa sebuah do'a belaka tak membahagia juga bersama tak mampu menemani menyeka mimpi memberi arti kata-kata bukan materi bukan cinta tak terpeluk juga menghilang sepi tapi dibelakang setiap kata ada seseorang nyata dan berperasa

mengi'tikafkan jiwa

 I'tikafkah jiwaku ?  Yang selalu saja mendahulukan indah dunia.  Ragaku terhujani, basah dan lembab oleh duniamu  I'tikafkah jiwaku?  Mengejar ngejar fatamorgana  yang ku tahu tak ada  I'tikafkah Jiwaku  Ku salah mengejar, sedang cintaMu  Lebih indah dari segalanya  Sedang sesembahan ini  Masih upcara tunggang tungging  kering..  Tak bermakna..   eskapisme?   Bukan   Biarlah, ku belum menyempatkan diri   Mampir di keharibaan serambiMu   Asal Kau ijiniku   Mengi'tikafkan jiwa   dari kemelaratan cintaMu          

Surat Cinta seorang Buruh

 Sama sama budak kapitalis  Tapi punya jabatan sekopeng  Congornya berubah  Sumpah serapah tumpah   Galak menyalak   Ia anggap dirinya sekuat badak   Kesalahan sedikit   Ditolol-tololi, dibodoh-bodohi   Ia kira ia cerdas?   Sama sama budak kapitalis   Aku ingin bunuh saja   Paling baik kusobek ban motornya   Atau kukempesi seluruh ban mobilnya   Ini keluhku,   Aku ingin seorang leader, manajer   Dan atasan lainnya   Melihatku seperti manusia   Aku tidak digaji atas penghinaan diri   Aku ingin bunuh saja   Atau kurobek mulutnya..

Esok

Hari ini bukan kemarin Kemarin bukan lusa Sedangkan esok? Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Laut

Angin berhembus ke Laut pagi kembali lagi   . 

interval ke 3

1 e N a 2 e N a 3 e N a 4 e N a Satu perenembelas Ia yang membukakan konstelasi baru kehidupan Keseragaman jutaan struming Isyarat   hidup tak selalu sama Naik turun, up down, Kita selalu berkembang dan Berusaha mematang layaknya kesempurnaan Sebuah not... Kadang berjalan dalam tangga mayor, bahagia... Tapi connection mengingatkan rehat sejenak Berhenti dalam dominant7, lalu ke d disana ada f# dengan ketajamannya, merintih... Kepiawan arpegio wujud indahnya dinamika hidup Softpegio menjelma jadi guru pendengar yang baik... String menghubung-hubungkan kemungkinan hidup Ada cinta dibalik gilanya, Ada sesuatu dibalik interval ke-3 Ada sesuatu mengapa dua not Tak akan pernah berdamping dalam 1 string root Sesuatu dari sekedar kemustahilan Seperti dua orang berkata satu sama lain Siapa yang jadi pendengar?

Perahu

Image
selepas subuh, ( kab tangerang) Ada perahu, Menunggu Berlabuh Tertambat Ada perahu, Di belakangnya Batas dua dunia Air  udara Ada perahu perhatikan ia berderet menunggu ada perahu selepas subuh pulang, membawa ikan ada perahu membuat bayang antara air tenang ada perahu yang mesti kita tahu menunggu tertambat untuk kita lihat ada perahu di pinggir pantai yang menyisai tapak kakimu beberapa lalu Ada perahu Juga aku Terpaku Ombak merindu Tak beriak di mana sisa jejak itu?

Merah Hanjuang

  Aku seperti merah hanjuang di tengah pematang   di antara kehijauan sepanjang pandang   Sepi di tengah keramaian

cakrawala jingga

akan ada suatu hari kita berlari kecil sepanjang pantai tanpa alas kaki menyesapkan jemari kaki ke dalam lembut pasir sesaat tertawa, sekejap saling pandang membiarkan angin laut menerpa pakaian kita kita menghentikan lari menatap biru cakrawala berangsur melembayung jingga

Mengenalmu

Tujuanku hidup? Ya, Ibadah.. Di sela selanya Kumendapat kesempatan Mengenalmu, lalu jatuh hati Semenjak lalu Semenjak perasaan belum ada Sejak kita masih begitu muda. Ku ingin menuntunmu Menemanimu saat kau sendiri Menyapu bulir dalam dukamu Membenamkan perasaan Melebur rindu .... Mencintai hambaMu karenaMu Ibadah pula Tuhan?

Sebaris mimpi

Semalam mimpiku berbaris rapi Berurut, tak lompat2 seperti anak sapi Dik, maafkan aku... Dalam mimpi itu aku jatuh cinta lagi Jatuh cinta lagi padamu dik, Ya padamu dik, Untuk kesekian kalinya, Aku jatuh cinta pada orang yang sama Dan itu kamu, dik. Muncul orang-orang aneh berebut tanya? Apa yang kucinta darimu? Katanya. Emang kamu siapa? Katanya lagi Emang kamu punya apa? Katanya lagi Emang kamu, emang kamu, emang kamu??? Katanya dan katanya Aku jawab, 'Aku tidak tahu' Aku tidak memiliki alasan kenapa ku-mencintai-mu Tidak sesederhana cinta api pada kayu, Tidak serumit sayap sayap patah. Aku cuma punya satu kata.. 'maktub' Dan aku tidak tahu mengapa Ia memberinya padaku... Aku terbangun, kubertanya diri sendiri, ini mimpi?? 'Bukan, ini nyata' gumamku

malaikat malam

malam, ia telah membukakan sebuah peta dik, kau terlalu indah dari seorang guru terima kasih dik, peta peta baru akan selalu kuingat semesta terlalu luas untuk kita jelajahi lagi pula di mana semesta bertepi? di ketidaktahuan, ya ketidaktahuan karenanya, kau batasi alam raya di sebuah alam, di sepenggal pengetahuan yang telah ku kais darimu dik, terima kasih dik, moga sayap hangat malaikat malam selalu menjaga raga nyatamu, moga pemilik segala, selalu menjaga ruh hatimu. oh ya dik, saat malaikat turun ke langit bumi kita basuh kaki kaki kotor kita seperti lalu lalu juga saat waktu mulai maju esok pagi, saat kau menapaki bumi segala angin, menyambumu sebagai pemberi kebaikan ...

kulminasi ridho

jentera kehidupan, layaknya hidup kita dik, sentosa, merana, susah, duka selalu saja melekat, lepas hilang berganti, tapi seperti jentera ia akan kembali lagi moga saat berpisah dengan lakon ini kita mendapat kulminasi ridho-Nya.. kita tanggalkan kehidupan penuh sukarela

Aries

dik, di sini malam makin larut larut kau kah tuts-tuts laptop-mu di sana seringlah kerdipkan kau matamu agar terjatuh lelah dari kelopaknya.. dik, malam ini malaikat turun ke bumi mari kita basuh kaki kotor ini dik, di sini di malamku kulihat rasi aries terang bagai titik lampu rumah dibuki bukit tetitik gemintang selalu saja penuh ramalan ah tak percaya zodiak aku dik hanya tahu ku kau terlalu indah dari rasi itu konstelasi tak memiliki rasa sedang kita bisa lebih besar dari jagat raya walau kita tak lebih besar dari butiran pasir bukan begitu dik? oh ya, aku lupa mengapa mesti tanya padahal, kau tengah istirahat di sana mencoba menata pikiran merampungkan tugas triwulan tapi nanti setelah kau kembali terjaga bergabung dengan dunia maya sudikah kau membaca puisi ini dik, semoga sehat selalu memelukmu selesaikan tugasmu, ku hanya ingin menyampaikan salam dari konstelasi sagitarius untukmu katanya dia rindu

Dik,

dik, malam telat jatuh telahkah kau berlabuh dalam istirahatmu? dik, jaga ragamu simpan rasamu kau membutuhkannya untuk menyangga senyum-mu esok pagi  esok, saat kau berjalan sendiri di temani hijau kanan kiri percayalah dik, segala daun memberi salam padamu . . . .

zarah rindu

kurasai degp jantung terima kasih keagungan kuhirup udara lama dan dalam terima kasih kemuliaan kutatap keindahan, menikmati kemerduan mencicipi rasa, mengendus semerbak terima kasih tapi syukurkahku Tuhan kadang nafas dalamku keluh cicip lidahku keluh pendengaranku keluh yang tidak menurut seleraku semuanya keluh kurangkahku rebahkan keningku di kerendahan tanahMu? rukuk sujudku hanya ritual tanpa makna fatihahku hanya hafalan lisan belaka Gusti, padahal setiapku berdiri ku ucapkan "mati dan hidupku hanya untukmu" tapi aku masih saja mengawang awang meninggalkan khusukMu beri aku seiris rasaMu beri aku sepenggal keindahanMu beri aku sezarah kerinduanMu sezarah kerinduanMu kerinduanMu

berkali kali

hidup hanya sekali matipun sekali tapi ada yang berkali kali jatuh dan berkali kali juga bangun

layang-layang

dahulu, ada pohon petai cina dekat rumah saat tiba musim layang-layang dahan-dahan nya menjadi tempat indah memanteng layang itu semakin lihat ke ketinggian senyumku melebar layanganku bergoyang kiri kanan terhembus angin aku tak sadar kaki terpeleset dari dahan jatuh, sekejap kemudian badanku tergantung dengan dua tangan memegangi dahan jikaku jatuhkan badanku jarak tanah cukup jauh aku terdiam, masih memegangi dahan.