Bingkai Kehidupan

Sepertinya tidak ada penjual koran di tempat saya yang berkeliling seperti di film film Amerika, pemuda yang berkeliling dengan sepeda berkeranjang di bagian depan penuh dengan koran, lalu berhenti di beberapa rumah langganan kemudian melemparkan koran ke beranda rumah itu, dan terus begitu hingga korannya habis. Sepertinya keadaan seperti itu tidak berlaku di sini, dulu sekali waktu SMP masih banyak penjual koran di lampu merah menawarkan berbagai macam koran, Sindo, Wartakota, Republika, kompas, tempo dan banyak lagi. Mereka semua sekarang berangsung menghilang.  Pikir saya ini semua karena makin mudahnya kita mengakses berita online. Di situs masing masing, tapi lebih banyak di YouTube. Apa di tempat anda seperti ini, koran mulai langka, anak sekolah jadi makin ribet kalau dapat tugas membuat kliping koran, karena tak tahu harus beli koran di mana. 

Masih ingat banget, dulu waktu di pesantren tiap malem selalu buat todolist, bahkan saya punya jadwal dalam seminggu mau ngapain saja, menghafal, membaca dan lain sebagainya saya bisa atur sesuka hati dan sesuai kemauan. Karena saya merasa waktu berlimpah sedangkan pekerjaan tidak terlalu banyak, pagi sekolah, siang istirahat, sore ngaji bareng kiyai, malem ngaji lagi, subuh ngaji lagi. Itu adalah masa masa indah yang pernah saya rasakan dalam limpahan waktu.  Semakin ke sini saya memiliki kesibukan yang bertambah, bisnis. Mengurus klien yang ingin mendapat dekorasi terbaik dari saya dan tim. selepas lulus pesantren saya tidak serta Merta terjun dalam dunia jual jasa, selepas pesantren saya bekerja di sebuah perusahaan retail selama 7 bulan, kemudian keluar dan meneruskan kuliah selama 7 tahun, dua masa itu saya masih memiliki waktu yang betul betul melimpah, banyak buku yang saya baca, banyak teman bertambah, banyak hal hal baru yang bisa saya lakukan dalam rentang masa itu, banyak te