Posts

Konsumerisme, pendorong Ajaib untuk peningkatan Ekonomi Modern.

 Belum lama ini saya baru aja nyelesain Baca buku Happy Moneynya Ken Honda, dalam buku itu Ken berujar kalau ada sebagian orang yang merasa bangga karena sudah rajin belanja dan membeli hal hal baru, karena ia berpikir dengan berbuat demikian ia sudah membantu bergeraknya roda perekonomian dan tidak membuat negara runtuh.  Dalam ekonomi makro, tingkat konsumsi yang tinggi menunjukan pendapatan perkapita yang baik, makin banyak orang belanja, makin bagus perekonomian negara, tapi ini untuk kelas negara, bagaimana dengan pribadi ? hehe, tentunya makin banyak belanja makin banyak uang yang di perlukan.  Sialnya, Sejak era industri, para petani banyak yang pindah ke pabrik, produk menjadi begitu berlimpah, skala pembuatan masif setiap hari di pabrik-pabrik mengharuskan agar produk yang dibuat habis terjual. mulailah berbagai macam metode pemasaran bermunculan, teknik teknik persuasi menjadi marak di gunakan guna mempengaruhi masyarakat agar membeli lebih banyak.  Jika kita melintasi waktu

Era digital, Makin asik dan seru untuk berjudi

Beberapa kali saya bersinggungan dengan pengalaman orang lain yang terlilit hutang lantaran nafsu berjudi yang tak pernah henti.  dengan modal Hp dan quota internet, kini berjudi semakin mudah dan taruhannya makin murah ( sepertinya ).  tahun lalu, saudara dari saudara saya menjual sebidang tanah orang tuanya guna menutup hutang pinjol yang terus menggunung. boncos, uang hilang, harta melayang.  bukan berarti main slot atau judi online lainnya tak seru, seru sekali, sekalipun sudah tahu kemenangan ada di tangan bandar, tapi tetap saja tak mau lepas.... yang lebih seram lagi, bukan untungnya yang jadi harapan, tapi kalau sampai memencet tombolnya jadi pemuas hasrat lagi dan lagi , berharap muncul apa yang di harapkan.  dari efek kebiasaan yang di timbulkan oleh perasaan mengidam, dan permainan psikologi manusia, para pengusaha judi online sangat memanfaatkan efek mengidam yang di timbulkan oleh judi online,  layaknya seekor monyet yang jika memencet tombol berwarna hijau ia akan sedikit

Sekilas tentang The Millionaire Next Door

Andai saja Thomas J. Stanley hidup jaman ini dan melihat betapa teknik marketing secara terus menerus di perbaharui dengan metode yang semakin canggih, saya tidak tahu bagaimana tanggapannya... tahun itu 1995, media periklanan hanya terfokus pada 3 hal, reklame, tv dan radio, jadi saat tidak bersentuhan dengan 3 media itu kecil kemungkinan seseorang terpapar iklan bujuk rayu untuk membeli sesuatu. namun demikian manusia saat itu mampu membelanjakan uang lebih besar dari pendapatannya karena terpapar iklan dan rayuan gaya hidup yang kian naik, membeli apa yang sebetulnya mereka tak butuh, dengan uang yang tak dimiliki ( kredit ) untuk mengesankan orang lain yang sesungguhnya tak peduli. Lalu bagaimana dengan saat ini ? saat setiap kita menukar perhatian kita dengan iklan yang terus mendesak tampil di gadget kita, hampir kebanyakan dari kita tak bisa lepas dari gawai internet, instagram, facebook, bahkan whatsapp kita menyematkan bar status untuk dilihat dan melihat apa yang sedang orang

Hobi baru kita : Menukar waktu tak ternilai untuk kesenangan sesaat

minimalis digital, setelah membaca buku digital minimalism karya dari carl newport, saya agak tertegun sejenak. karena betapa masif dan intens nya saya dalam menggunakan gawai internet, balas whatsapp , reel instagram bahkan ada kebiasaan baru yang menurut saya sulit di hilangkan yaitu nonton review film saat makan malam. walaupun saat sarapan saya mendengarkan podcast gita wirjawan maupun monolog dari guru gembul, tetap saja tidak bisa jadi pemaafan karena melihat review film saat malam. gawai sepertinya sudah melekat dalam keseharian dan sulit di tinggalkan. ini bukan karena kita tak bisa, dalam bukunya carl newport mengungkapkan semua mulai berubah saat tombol "like" tercipta oleh justin rosenstein pada 2007. interaksi dengan dunia maya semakin kuat karena kini tiap orang yang membuat posting menunggu like dan kecanduan untuk mendapatkan like. kini semua telah berubah secara exponensial ke arah yang belum di bayangkan sebelumnya, potensi aplikasi dan teknik merayu semakin

Google map makin pintar atau kita yang tak pernah hafal

Dulu, saat google map belum secanggih saat ini , kira kira tahun 2011, saya masih menggunakan peta kertas jabodetabek untuk melacak alamat kiriman produk perangkap nyamuk yang saya jual via kaskus dan tokobagus, kini berubah menjadi olx. karena peta yang saya gunakan manual, mau tak mau menghafal pengkolan dan juga nama jalan yang ada, sebab ngga praktis kalau tiap masuk area baru buka peta lagi yang ukurannya segede gaban. Pernah satu waktu saya mendapat pesanan dari jakarta timur, karena saya juga menawarkan pilihan jasa kirim pribadi untuk wilayah jakarta tangeran dengan pembayaran saat barang di terima, banyak customer memilih opsi ini ketimbang bayar dulu lalu kirim via JNE atau TIKI, layanan kurir yang saat ini mempermudah seperti anteraja, si cepat, lalamove, grab gojek belum ada saat itu. Karena kebiasaan kirim barang, sedikit demi sedikit saya mulai menghafal jalan, tembusan jalan dan juga selalu mengingat mesti belok di pengkolan keberapa atau di jalan apa, papan petunjuk a

Museum Zoologi riwayatmu kini

Hari minggu kemarin, 23 April 2023, saya mengunjungi Museum Zoologi Bogor di temani Kirana, nyimas dan istri. tiket masuk 25.000 / orang, nyimas tidak di hitung karena masih di bawah 90 cm. Bangunannya klasik dengan ceiling tinggi dan cat berwarna putih, cukup luas dan tidak sumpek walaupun tanpa pendingin ruangan, banyak specimen dari masa Hindia belanda, Mulai badak tasikmalaya tahun 1934, tulang ikan paus dari pemengpeuk tahun 1917, dan masih banyak lagi hewan di awetkan dari puluhan tahun lalu. Sayangnya, suasana keilmuan dan pengetahuan yang di awetkan dalam museum zoologi tidak cukup menarik pengunjung yang berwisata ke kebun raya bogor, saat saya masuk banyak sekali orang terutama ini adalah H+1 lebaran, membludak dan sepertinya lebih banyak manusia dibanding pepohonan besar di kebun raya. tapi jumlah pengunjung museum amat sangat sedikit. saya bisa menyimpulkan berdasarkan pendapat pribadi tanpa bukti lebih dalam, ini hanya opini. tiket yang ditawarkan cukup mahal, 25.000 / pe

Butuh satu variabel lagi untuk membalikan keadaan.

Dulu, saat masih di pesantren ada satu kutipan yang banyak dihafal oleh santri,  " waktu luang, masa muda, uang", jka ketiganya ada pada seseorang maka potensi rusak jiwa raga semakin besar, walaupun tidak melulu seperti itu tapi yang melulu terjadi seperti itu. kalau saya boleh menambahkan satu variabel, saya yakin potensi positifnya jadi lebih dominan, variabel ke empat yang harus di tambah adalah, pengetahuan investasi ,  pengetahuan investasi akan menjadi variabel mampu mebalikkan keadaan.. ibarat pohon rindang besar seperti angsana, mahoni dan lain sebagainya yang memiliki rentang usia panjang,  uang sebagai bibit dan masa muda sebagai waktu mulai tanam,   menjadi satu pijakan penting dalam pelipatgandaan hasil investasi  yang dalam waktu panjang  menjadi rimbun dan besar bagai pohon angsana, di banding uang dan usia tua,  di tambah punya waktu luang untuk membaca berbagai literasi yang berkaitan dengan investasi, hasilnya akan luar biasa. waktu luang yang di gunakan un