Hobi baru kita : Menukar waktu tak ternilai untuk kesenangan sesaat

minimalis digital, setelah membaca buku digital minimalism karya dari carl newport, saya agak tertegun sejenak. karena betapa masif dan intens nya saya dalam menggunakan gawai internet, balas whatsapp , reel instagram bahkan ada kebiasaan baru yang menurut saya sulit di hilangkan yaitu nonton review film saat makan malam.

walaupun saat sarapan saya mendengarkan podcast gita wirjawan maupun monolog dari guru gembul, tetap saja tidak bisa jadi pemaafan karena melihat review film saat malam. gawai sepertinya sudah melekat dalam keseharian dan sulit di tinggalkan. ini bukan karena kita tak bisa, dalam bukunya carl newport mengungkapkan semua mulai berubah saat tombol "like" tercipta oleh justin rosenstein pada 2007. interaksi dengan dunia maya semakin kuat karena kini tiap orang yang membuat posting menunggu like dan kecanduan untuk mendapatkan like.

kini semua telah berubah secara exponensial ke arah yang belum di bayangkan sebelumnya, potensi aplikasi dan teknik merayu semakin kuat membuat orang makin keranjingan menggunakan internet dan kesulitan untuk lepas darinya, ini bukan karena kita malas atau bahkan terlena, tapi lebih dari itu para pengembang aplikasi berinvestasi dengan nilai fantastis guna merebut perhatian kita untuk tetap menatap layar kecil bercahaya.

dalam sehari banyak waktu yang terbuang untuk melihat video ringan pendek, tapi sulit untuk lepas dan tidak melihat video lainnya, pada akhirnya satu hal yang kita miliki dan takan pernah kembali hilang... waktu ... , kita menukar waktu tak ternilai guna mendapat kesenangan sesaat karena dopamin terus tersekresi dengan melihat konten pendek menarik, para pengembang mendapat perhatian lebih lama dari pengguna aplikasi miliknya, perhatian pengguna yang di dapatkan oleh pengembang di jadikan sebuah komoditas untuk di jual untuk para pengiklan.

di ujung rantai, para pengiklan rela membayar uang gila gilaan pada para pengembang untuk mengiklankan produk mereka pada kita yang telah tercandu internet dan sulit lepas darinya, hingga iklan semakin efektif... dan budaya konsumerisme semakin kuat dan mengakar.

saya kembali tertegun, untuk saat ini saya sendiri tidak bisa lepas dari internet yang telah saya kenal sejak 2007 silam, ketika itu warnet tumbuh subur, dan saya rela membayar 3.000 rupiah untuk mendapatkan akses satu jam berselancar di dunia maya, bukan untuk facebook tapi untuk menulis blog yang saya tulis sampai sekarang ini.

setelah meresapi kata demi kata dari carl newport saya mulai menelaah diri, walau sepenuhnya belum bisa terlepas , tapi kini saya mengerti, saya dan kita semua secara halus "dipaksa" untuk terus menatap layar internet. jika kita tak secara sadar mengakui kesalahan yang kita perbuat untuk terus menukar waktu tak ternilai dengan kesenangan sesaat, sulit bagi kita untuk keluar dari pemainan ini.

pada akhirnya kesederhanaan menjadi penyelamat dari jaman yang semakin bising.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Belanja di Pasar Senen, antara murah sangat dan sangat mahal