Bingkai Kehidupan

Beberapa Toko buku online saya telepon untuk menanyakan apakah buku Ken Watanabe ada di tokonya, semua menjawab hal yang sama, maaf buku yang mas tanyakan sudah habis terjual dan tidak distok ulang.  Tidak hanya di toko online , di toko buku Ofline pun buku yang sama kosong, sedikit sekali produksinya, pikir saya. Sedangkan di Tokopedia semuanya versi bahasa Inggris, sedang saya butuh bahasa Indonesia supaya bisa langsung Faham.  Akhirnya saya memutuskan untuk membelinya secara online melalui Google Play Book, harga 210.000 versi digital, bisa di baca di berbagai platform, kapan pun dan di manapun,  sedangkan untuk versi buku cetak orisinal di tokopedia dan shopee semua di atas 300.000, versi bajakan pun banyak, PDF nya pun berseliweran di internet, tapi entah mengapa saya berusaha untuk menahan diri membeli maupun Men download buku bajakan. Memang sah secara akad jual beli, tapi tetap berdosa karena membeli sesuatu yang saya tahu merupakan hasil curian. Merugikan penulisnya yang juga

saya tulisan ini  menggunakan keyboard fisik logitech, ukurannya yang mini panjang 28 cm dan lebar kurang lebih 13 cm membuat keyboard ini menjadi lebih nyaman di bawa Kemana mana, dulu saat pertama kali menulis di blog ini sekitar tahun 2008, saya mengetik setiap punya kesempatan ke IPB Bogor, karena di sana banyak sekali warnet yang harganya murah, belum punya HP saat itu, karena di pesantren di diperkenankan memiliki HP.  Kemudian saya memiliki gawai yang bisa langsung mengetik dengan keyboard qwerty, namun tetap saja keyboard di HP yang kecil kecil membuat menulis menjadi kurang nyaman dan kurang leluasa jika ingin menulis lebih panjang, dan sekarang saya menggunakan keyboard fisik untuk menulis di layar iPhone SE yang berukuran hanya 4 inci , ini sangat cukup karena layar tidak terganggunya dengan kemunculan keyboard virtual jika saya menggunakan keyboard yang muncul di layar HP. Saat terkoneksi dengan keyboard loogitech secara otomatis keyboard virtual di Handphone menjadi tidak

Ada hikmah di balik pandemi, sebetulnya tidak harus dalam masa pandemi saja, yaitu kemampuan menyisihkan waktu untuk membaca buku. Pekerjaan saya berkurang hampir 90% semasa maret - agustus, no job, jobless. namun waktu luang saya meningkat drastis. Setidaknya selama pandemi saya menyelesaikan total 7 buku ( dikit banget ya hehe), 2 buku diantaranya karya Ryan Filbert yang membahas rekasadana dan properti, saya akan ulas di lain kesempatan.   Kemudian, Satu buku tulisan Fumio sasaki yang memberi pencerahan baru dalam memaknai kehidupan untuk meminimalkan barang yang saya miliki, fumio sasaki berhasil mempengaruhi saya untuk memepengaruhi istri saya dalam menyingkirkan banyak benda di kontrakan kami yang sempit. Mulai dari boneka beruang besar hadiah ulang tahun untuk istri di usianya ke 24, Boneka itu dibeli di pasar jambrong jakarta timur ( saya agak ragu benar tidak nama pasarnya seperti itu ) , ya saat itu istri ingin hadiah ulang tahun berupa boneka super besar ( besar banget ) ka

Tadi pukul 07.00 saya sampai rumah bapa, bapa tengah duduk sambil menjepit sebatang rokok kretek di tangannya dengan semilir asap keluar di ujungnya, di belakangnya sebuah pohon  Belimbing asam yang saya tanam satu setengah tahun lalu, waktu di tanam pohon itu masih setinggi 40 cm hadiah dari kak miji, sekarang tingginya sudah mencapai 2 meter lebih dan senang berbuah, selain pohon belimbing asam tepat di belakang bapa, tersembul dedaunan diffenbachia yang saya sudah tanam lebih dari 2 tahun lalu, ia subur karena bersembungi di bawah rimbunnya pohon belimbing asam, dieffenbachia termasuk pohon yang khawatir berlebih saat daunnya yang indah terpapar langsung Cahaya  mentari.   Bapa Lahir tahun 1958 di Tangerang, tepatnya di rawabadak batuceper tangerang, rumahnya kelahirannya kini sudah menjadi sebuah komplek perumahan milik angkasa pura 2, hanya ada sisa cerita di mana letak rumahnya dahulu saat saya berboncengan dengan motor melintasi daerah kelahirannya dulu, Ayahnya adalah seorang c