Bapa menjepit sebatang rokok di depan dieffenbachia

Tadi pukul 07.00 saya sampai rumah bapa, bapa tengah duduk sambil menjepit sebatang rokok kretek di tangannya dengan semilir asap keluar di ujungnya, di belakangnya sebuah pohon  Belimbing asam yang saya tanam satu setengah tahun lalu, waktu di tanam pohon itu masih setinggi 40 cm hadiah dari kak miji, sekarang tingginya sudah mencapai 2 meter lebih dan senang berbuah, selain pohon belimbing asam tepat di belakang bapa, tersembul dedaunan diffenbachia yang saya sudah tanam lebih dari 2 tahun lalu, ia subur karena bersembungi di bawah rimbunnya pohon belimbing asam, dieffenbachia termasuk pohon yang khawatir berlebih saat daunnya yang indah terpapar langsung Cahaya  mentari. 

 Bapa Lahir tahun 1958 di Tangerang, tepatnya di rawabadak batuceper tangerang, rumahnya kelahirannya kini sudah menjadi sebuah komplek perumahan milik angkasa pura 2, hanya ada sisa cerita di mana letak rumahnya dahulu saat saya berboncengan dengan motor melintasi daerah kelahirannya dulu, Ayahnya adalah seorang centeng ( sekuriti ) pada sebuah pabrik pengolahan kulit, selain manjadi centeng ia juga seorang penjual Kerbau yang langganannya tersebar di banyak wilayah jakarta, salah satunya Basmol dan kebayoran lama. 

Bapak bukan seorang yang berpendidikan tinggi, ia hanya lulus SD itupun memaksa ingin sekolah, karena pada jaman itu di wilayah bapa tinggal, sekolah di anggap sesuatu yang kurang berfaidah, jadi petani dan kerja di pabrik saat itu tidak perlu ijazah sekolah. 

setelah memarkir motor saya sapa bapa dengan salam, lalu melanjutkan kegiatan hari ini dengan penuh harap tanpa keluh, seperti melihat semangatnya bapa dalam menjalani hari harinya yang tanpa keluh tanpa pernah berhenti untuk bergerak. 

cukup bergerakan, karena gerakan membuat saya sehat, airpun jika tak bergerak akan kotor dan keruh, namun jika ia mengalir ia semakin bersih dan bagus.