Persistensi Dalam membaca Buku

Ada hikmah di balik pandemi, sebetulnya tidak harus dalam masa pandemi saja, yaitu kemampuan menyisihkan waktu untuk membaca buku. Pekerjaan saya berkurang hampir 90% semasa maret - agustus, no job, jobless. namun waktu luang saya meningkat drastis.

Setidaknya selama pandemi saya menyelesaikan total 7 buku ( dikit banget ya hehe), 2 buku diantaranya karya Ryan Filbert yang membahas rekasadana dan properti, saya akan ulas di lain kesempatan.  

Kemudian, Satu buku tulisan Fumio sasaki yang memberi pencerahan baru dalam memaknai kehidupan untuk meminimalkan barang yang saya miliki, fumio sasaki berhasil mempengaruhi saya untuk memepengaruhi istri saya dalam menyingkirkan banyak benda di kontrakan kami yang sempit.

Mulai dari boneka beruang besar hadiah ulang tahun untuk istri di usianya ke 24, Boneka itu dibeli di pasar jambrong jakarta timur ( saya agak ragu benar tidak nama pasarnya seperti itu ), ya saat itu istri ingin hadiah ulang tahun berupa boneka super besar ( besar banget ) karena besarnya, boneka itu memakan setengah tempat tidur di kontrakan kami. 

Setelah kesampaian punya boneka besar lantas Ia pun bosan, terpaksa saya kembali memasukkan boneka itu ke dalam plastik, memampatkan dan menyimpan di atas lemari selama hampir 1 tahun, tidak di sentuh tidak di gunakan, ya begitu saja. 

setelah saya membaca buku fumio sasaki dengan judul "selamat tinggal barang"  saya berdialog dengan istri, ia pun setuju dan menghadiahkan Boneka yang masih bagus itu pada temannya, Ia menerima boneka itu dengan senang sekali, wajahnya penuh senyum saat membawa boneka yang tergeletak selama 1 tahun itu dari kontrakan kami.

Sebetulnya bukan hanya boneka, banyak benda benda lain yang berpindah dari kontrakan kami, cuma boneka memiliki nilai sentimentil berlebih karena merupakan sebuah hadiah yang akhirnya di hadiahkan kembali. 

Saya sakin, saat barang di rumh kita berkurang, akan ada orang lain yang barangnya bertambah dan akan lebih bermanfaat karena barang barang itu digunakan.  

Fumio sasaki pun mengenalkan saya konsep sederhana dalam kepemilikian, 

ia bilang : 

 kebahagiaan sejati bukanlah setelah kita mendapatkan apa yang kita inginkan, nyatanya setelah kita mendapat apa yang kita ingin, lantas kita menjadi bosan, dan menginginkan hal ( benda ) lainnya demi mewujudkan Rasa bahagia yang timbul saat memiliki Benda baru.

keadaan ini membuat kita tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki, karena bosan dan menginkan benda-benda baru lainnya guna memunculkan kebahagiaan dan rasa puas sesaat punya barang baru.

Fumio sasaki menceritakan bagaimana dirinya berjuang merubah rumahnya yang sumpek karena terlalu banyak benda  yang bahkan tidak pernah digunakan, berusaha keras melawan egoisme diri untuk menyingkirkan benda yang selama ini susah keras ia kumpulkan dan memenuhi banyak ruang, ia butuh 5 tahun untuk menyingkirkan, menjual, bahkan menghadiahkan sebagian besar barangnya kemudian menyisakan sebagian kecil yang benar benar digunakan. 

Membaca buku Fumio sasaki saya merasa diri ini belum juga sederhana dalam memaknai kehidupan, saya mulai berhenti membandingkan diri saya dengan orang lain, tidak membeli saat murah dan mengambil yang gratis, saya hanya berusaha memiliki sesuatu yang terpakai dan dibutuhkan, lalu melihat lebih dalam apa yang sudah saya miliki dan menikmatinya. 

Dari fumio sasaki saya berkenalan dengan marie kondo, seorang wanita asal jepang yang menemukan metode konmarie, sebuah cara berbenah rumah. marie kondo agak radikal dalam metode berbenah, ia menyarankan menyingkirkan semua benda yang memang tidak pernah terpakai dalam kurun waktu tertentu.

 Setelah membeli bukunya di goggle book ( belum rampung saya baca ), saya langsung masuk ke dalam BAB bagaimana merapihkan buku dengan baik, setelah membaca bab itu saya menyumbangkan hampir 50% buku yang saya miliki pada orang lain. menyisakan apa yang benar benar penting, lalu berhenti membeli buku fisik selama buku itu ada di Google play book. 

Jika anda membaca tulisan saya sampai sini, saya berharap anda membaca buku fumio sasaki dan marie kondo. 

2 buku lainnya yang saya baca adalah tulisan seorang yang sedang viral di media sosial, Mardigu Wowiek.. berjudul Tajir Melintir dan Sadar Kaya, dua buku yang cukup menginspirasi saya dalam memupuk semangat untuk terus bergerak dan berusaha.

salah satu cerita yang saya senang untuk membagikannya adalah, ketika seseorang berusaha menebang sebatang pohon besar dengan kapak yang tumpul, ia terus mengeluh karena semakin lama pekerjaannya semakin tidak efisien lantaran butuh waktu lebih untuk menebang sebatang pohon, ia tidak menyadari bahwa kapaknya tumpul, Andaikan ia berhenti sejenak dan mengasah kapaknya, tentu pekerjaannya akan jadi lebih cepat walaupun ada waktu terbuang guna mengasah kapak. 

kita pun demikian, kita terus bekerja, berusaha tanpa pernah sejenak berhenti menyisihkan waktu untuk belajar, apakah yang kita kerjakan ini sudah benar dan sesuai dengan apa yang kita harapkan, atau kekurangan apa yang harus kita perbaiki, saya perlu belajar lagi dan lagi. 

buku terakhir yang saya baca, Buku Steal  like An Artist tulisan Austin Kleon dan buku Investasi itu di praktekin ciptaan tim westflix. 
...

salam hangat. 
mari membaca dan belajar dari isi kepala orang lain. 






Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Belanja di Pasar Senen, antara murah sangat dan sangat mahal