Kamar Pertama ku


     Kamar kami yang berukuran 2x1,5 m, sangat indah dan nyaman, bersama semut dan kecoa yang setia melewati keindahan hari. air yang wangi membuat kami tak dapat memanfaatkannya sebagai air minum, jika ingin dijual pun tak laku karena wanginya semua orang tak suka. sehabis mandipun rambut kami terasa tak nyaman, jika si tiup akan berterbangan segala macam ketombe dan makhluk aneh lainnya.

     jika anda pergi ke jakarta selatan tepatnya di belakang pejaten village, yang semua orang tau di situlah kontrakan kami berada, mampirlah dulu kami walaupun hanya sebentar, anda akan terpesona dengan kerapihan kamarnya, bersih lantainya, nilai seni arsitekturnya yang dirancang oleh alien yang entah datang dari mana, sampai-sampai karena keindahannya semua orang ingin cepat-cepat memindahkan istana kami bulan. mereka tak punya nilai seni, sungguh paradoks yang berlebihan.

*******
    oh ya aku menyebutkan lupa siapa saja penghuninya, karena seindah apapun tempat tetap berkait dengan nilai-nilai luhur penghuninya yang dituangkan dalam seni menata kamar dngan begitu indahnya tiada tara.
Tidakkah kau tau temanku itu ruajin, ruajin sekali jika terdengar suara TOA atau pengeras suara masjid yang tak jauh dari kamar kami bergeresak, ia langsung menggunakan baju taqwanya berhambur ke masjid walaupun waktu masih pukul lima sore. kalau di TV ada Gila Voly tapi temanku yang satu ini tak tahu harus masuk kategori sakit atau apa.

    satu penghuni lainnya seorang yang sangat lihai dalam bermain pantomim maka jika bicara lehernya meliuk ke kanan ke kiri, ah pokoknya anda tak akan tahu jika belum mengunjungi kamar indah kami.
setiap malam kami harus berjuang melawan musuh-musuh dalam selimut, walaupun sampai titik darah penghabisan, musuh kami bukan sekedar maling atau rampok karena butuh apa mereka dari kamar kami yang sangat indah ini. tapi tiap malam kami selalu mempertahankan darah kami dari makhluk hasil kutukan drakula yang telah bertaubat. nyamuk-nyamuk yang setiap pagi kami senang sekali jika dapat menepaknya hingga hancur. maka lihatlah dinding kamar kami terlihat jelas goresan darah-darah bekas pembantaian setiap pagi, sungguh indah.

*******

     Kami bukan mengeluh ataupun tak mensyukuri nikmat bertempat tinggal, apalagi sebagai eskapisme dari ketidakberdayaan kami di tenagh megahnya jakarta, namun kami ingin berbagi rasa bagaimana rasanya tinggal di rumah yang semua orang benci, sampai-sampai iri ingin tinggal bersama kami. sungguh berlebihan.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

Toko buku bekas di pinggir terminal Blok M