temanku dan hpnya

Jakarta baru saja selesai terbebas dari lilitan gelap malam dan serbuan nyamuk, walau nyatanya masih ada sisa-sisa nyamuk berterbangan, tapi tak seberapa.
Matahari terbit, jalan-jalan di selimuti kabut asap kendaraan tak lulus uji emisi.
Pagi itu,
Ia baru datang dari cikampek, badannya terlihat lemas, wajahnya murung, ia datang membawa kabar sedih, hp nya hilang di curi saat mampir ke rumah temannya.
Kami sebagai temannya satu kostan dan satu tempat belajar turut merasa sedih atas kepergian hpnya, sekarang ia tak dapat berkomunikasi dengan leluasa.
di Jakarta ia segera membuat kartu SIM baru dengan nomor lama, sementara saat ini ia masih meminjam hp ke sana-sini hanya sekedar melihat sms masuk, keuangan saat ini belum mendukungnya membeli hp baru.
Tak lama setelah hp nya hilang, ia membeli hp nokia second type 3100, kami senang dan bahagia melihatnya mempunyai hp baru. Wajahnya kembali sumringah seperti sedia kala, kami juga merasa tak di repotkan lagi karena ia tak perlu sibuk lagi untuk meminjam hp kami.
Dahulu kala, kira-kira satu tahun sebelum hp nya hilang, ia telah lulus ujian seleksi untuk belajar di univeritas Al-Azhar Cairo, Mersir. Yang diselenggarakan oleh kedubes mesir di jakarta, tapi sampai sekarang pihak kedutaan belum mengabarkan waktu keberangkatan, tak ada kabar, sepi sunyi. Sedang teman-temannya sudah banyak yang belajar di sana. kecewa dengan semua itu akhirnya ia daftar di sebuah lembaga pendidikan di jakarta yang merupakan cabang universitas imam muhammad bin suud, Saudi Arabia. Ia Mengambil tingkat prasarjana yang hanya 2 semester dan ternyata lulus seleksi, kemudian sampai saat ini tinggal bersama kami yang juga mahasiswa di kampus yang sama, tinggal di kontrakan pinggir jalan raya ragunan yang ramai dengan klakson mobil dan motor.
Ia seorang yang sungguh keranjingan membaca, kemanapun selalu membawa materi pelajaran kuliahnya saat ini, bukunya penuh warna warni goresan stabilo sebagai petunjuk teori yang menurutnya penting. Sampai tidurpun buku selalu di pegangnya, ia mati-matian belajar untuk menjejalkan ilmu ke dalam kepalanya, selain itu karena ujian di depan mata, lagi pula sampai sekarang belum ada pengumuman dari kedubes mesir tentang keberangkatannya, kadang ia merasa sedih dengan perjuangannya yang tak ada kabar.
Saat ini kami semua sibuk, satu bulan lagi ujian akhir, kami membutuhkan nilai istimewa agar tak usah capek-capek ujian lagi untuk melanjutkan ke program sarjana, jika nilai istimewa bangku sudah tersedia. tapi sebaliknya, kalau nilai kurang, kami harus rela lagi belajar siang malam, agar lulus ujian seleksi program sarjana, sampai buku-buku kami beraroma ketiak dan ketiak kami berbau buku.
Sebelum ujian, Ia pulang lagi ke Cikampek, sekembalinya di Jakarta, ia membawa kabar bahagia, Hp 3100 miliknya berganti jadi nokia E56, temannya sedang butuh uang, katanya.
kami turut bahagia dengan hp baru miliknya.
Kali ini, ia tak harus repot-repot ke warnet untuk bisa ngobrol lewat tulisan dengan teman-temannya yang telah lebih dulu sampai di negeri para rasul, katanya hpnya kini mendukung aplikasi java, system operasi symbian, juga ada wi-finya yang bisa koneksi internet gratis di tempat-tempat tertentu, kami hanya manggut – manggut bahagia, membandingkan apa yang baru dia ceritakan dengan hp kami semua jelas jauh berbeda.
Sekarang cara balajarnya sedikit berubah, sebelumnya tangan kiri memegang buku, tangan kanan memegang pulpen, kini pulpennya berganti hp. Keren, pikir kami. Modern, ini dia cara belajar yang efisien, bisa sambil berkomunikasi.
***
Program e-buddy kini terpasang di hpnya, facebook dapat di buka setiap saat. Tinggal tekan beberapa kali langsung bisa berkomunikasi dengan teman-teman seluruh dunia.
***
Ujian memang akan selalu membuat kami sibuk dengan buku-buku, memaksakan diri untuk memindahkan semua informasi penting yang ada di buku ke otak, hari ujian semakin dekat. Kamipun sadar belajar bukan hanya untuk ujian tapi untuk kehidupan yang lebih baik, tapi ada rasa berbeda yang harus menuntut belajar lebih sesaat sebelum ujian, walaupun ujian bukan akhir dari belajar.
Ia juga sibuk, buku-bukunya semakin kusut, lembarannya banyak yang terlipat, belum lagi membagi waktu berkomunikasi dengan teman-teman mesirnya, alhasil tangan kiri buku tangan kanan hp.
Perputaran siang malam mengganti tanggal, bulan, dan tahun. Malam hari di kostan, sesekali terdengar hembusan suara mobil yang melaju cepat, saat itu, di Sepertiga malam biasanya ia bangun untuk meminta pada sang pencipta, kaki kami terkadang basah dari bekas air wudhunya yang menetes-netes, hingga membuat kami terbangun, kadang hanya berupa keinginan untuk bangun yang tak terlaksana.
***
Ia tengah sibuk dengan buku-bukunya, seperti biasa hpnya selalu menemani setiap saat, entah mengapa kini matanya lebih sering melihat hp dan sibuk memencet-mencet tombolnya, katanya kini ia sedang sibuk dengan facebooknya, karena teman-teman di mesirnya berbagi informasi lewat facebook, dan juga banyak seminar-seminar ilmiah pengumuman waktu dan tempatnya lewat facebook.
***
Harapan untuk melanjutkan belajar ke mesir tak pernah surut, sehingga kini ia terlalu sibuk dengan teman-teman mesirnya, berbagi informasi, komentar, foto seputar Al-Azhar, lebih tepatnya mempusatkan diri berbagi dengan teman-teman dunia mayanya, padahal kamilah yang nyata berada di sisinya, kami yang selalu tersenyum bahagia saat ia bahagia, sedih saat ia sedih, bukan kami merasa diduakan, tapi kami khawatir dengan sikap pada hpnya akhir-akhir ini, sedang ujian di depan mata.
“Hebat sekali teknologi, bisa mengalahkan pandangan dari buku”, pikir kami.
saya perhatikan saat ia bangun tidur, hpnyalah yang langsung dipegang dan diperhatikan, bukunya berada di sisi lainnya menunggu dimanja dan dibaca.
Waktu perang telah tiba, hari ini mulai ujian, terlihat suasana berbeda di kampus saya belajar, tak ada mahasiswa mengobrol, semuanya sibuk membaca, ia pun hanya menyelipkan hp di saku celananya, sambil sibuk membaca sesekali ia mengambil hp, sekedar melihat pemberitahuan di facebooknya.
Seminggu setelah ujian, pihak kampus mengumumkan nilai hasil ujian. Kami (saya dan teman-teman) merasan kurang dengan nilai yang ada, terlebih ia yang nilainya tak sampai batas minimal untuk masuk program sarjana tanpa ujian. Ia harus ikut seleksi lagi jika ingin melanjutkan pendidikan.
Saya melihatnya memerhatikan hp E56 milikinya, “benda yang membagi cintanya dari buku”, pikir saya. Sungguh hebat teknologi. Benda cerdas buatan manusia-manusia cerdas dapat memikat hati teman saya yang gila buku pelajaran.
Ujian telah selesai, saya lega. Sedang ia harus belajar lagi karena nilainya tak sampai batas minimal untuk lulus seleksi program sarjana. Ia belajar siang malam, menembus batas waktu wajar belajar, hpnya ia simpan, atau sekedar ia gunakan untuk berbagi kabar dengan teman-teman jauhnya.
Ia lulus seleksi program sarjana,
Saya pulang untuk berlibur.
Setelah libur, kami kembali menjalani rutinitas seperti biasa.
Sore itu, walau mobil di jalan jakarta padat merayap, pedagang koran terlihat lelah menawarkan korannnya yang belum habis di antara mobil-mobil mewah, tak ada jendela mobil terbuka.
Terlihat ia keluar dari bus kopaja P20 arah pasar senen, kembali dari cikampek dengan wajah sumringah, bersih, tanpa beban, tangannya membawa oleh-oleh khas cikampek. Hp E56 menyelip di kantung depan celananya.
Kami berkumpul kembali di kontrakan yang tak pernah sepi dari klakson-klakson terburu-buru dikejar waktu. Di sini, di kontrakan berupa rumah dengan 3 kamar kami Berbagi cerita, tertawa, walau kadang ada sedikit masalah di antara kami, tapi cepat-cepat kami siram dengan air sedingin dan sedini mungkin.
saya dengar ia akan menjual hp E56 nya,
“ mau di jual ke siapa?” tanya saya
“ mau di jual ke Rifki”. Jawabnya
Rifki yang duduk di samping saya mengangguk.
Esok harinya Rifki sibuk dengan hp barunya,
Sudah sebulan kami belajar di ajaran baru, ia menerima pengumuman di internet bahwa penerima beasiswa ke mesir agar segera datang ke kedutaan untuk mendapatklan visa.
Kami melihatnya berada pilihan rumit. Kini ia tengah belajar program sarjana dengan nyaman di indonesia dengan beasiswa penuh di tambah uang saku perbulan yang cukup untuk makan sehari-hari, serta mendapat gelar Lc jika lulus nanti, serta menjaminnya faham betul hukum islam. Atau harus mengiyakan harapannya yang menjadi kenyataan untuk melanjutkan pendidikan di bumi para nabi bersama teman-temannya yang telah dulu di sana.
“ saya mau tetap belajar di indonesia, sudah terlanjur melangkah di sini, di bumi tercinta.” katanya pada kami.
***
Beberapa minggu berlalu, ia menelepon saya. Intinya pamit untuk pergi ke mesir karena Saat pulang ke cikampek ia bimbang, kebimbangannya semakin menjadi saat orang-orang sekitarnya mendukung agar melanjutkan pendidikannya ke Mesir. “Alhamdulilah”, saya membatin bercampur sedih dan senang karena cita-cita awalnya telah terwujud.
Ia berangkat, kami tak bisa menemani ke bandara.
Saat saya pulang ke kontrakan, terlihat teman-temanku berkumpul di kamar.
“ada pa nih, tumben rame banget?” tanya saya.
“ini nih tadi saya lupa ngunci pintu kamar waktu sholat zuhur ke mesjid” jawab rifki, wajahnya terlihat lesu.
“terus kenapa?” tanya saya penasaran
“hp baru ana gak ada”.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Belanja di Pasar Senen, antara murah sangat dan sangat mahal