Tips Menyatukan jiwa, ruang dan waktu
Saat
terjebak macet, membayangkan tempat yang sejuk nyaman dan sepi,
mungkin tempat itu pantai, taman, hutan, atau barangkali rumah sendiri.
rasanya akan membuat diri lebih nyaman.
tapi nggak berlangsung lama, baru saja membayangkan kita malah nggak sadar kalau mobil atau motor di belakang klakson terus, pimmmmm pimmmmmmmmm pimmmmmmmmmmmm, woy minggir....!
yang ada akhirnya stress, pusing, gak tahan sama jalanan yang panas, mumetin dan bikin otak encer.
pinginnya buru-buru sampai di tempat tujuan, srobot kanan kiri yang penting cepet. padahal sama aja macet-macet juga.
yang berangkat ke kantor pikirannya nyangkut di wp yang kemarin belum selesai.
yang berangkat ke pabrik, udah kepikiran mandor yang ngomel mulu.
yang berangkat ke sekolah, malah kepikiran PR yang belum di buat.
yang sedang ke pasar, kepikiran harga cabe yang naik berhubung tahun baru.
dan seterusnya.
saat sholat malah inget ujian akhir, malah inget ingin makan apa, malah muncul ide ide yang musti segera di lakukan, tapi anehnya setelah selesai solatnya eh malah lupa ide yang muncul saat solat, saat solat juga malah inget tempat naro anak kunci yang udah lupa hampir seminggu, saat solat inget sms yang belum di balas, inget ini inget itu.
tapi bisa nggak sih ?, kita belajar menyatukan diri kita dengan waktu dan tempat. lalu menikmatinya.
saat kita terjebak kemacetan, kita berusaha menyatukan pikiran kita dengan keberadaan kita, menikmati macet tanpa harus memikirkan pekerjaan, pelajaran, hutang ataupun apa.
misalkan fokus memperhatikan gerak kendaraan yang melambat, menertawai motor yang selip sana dan sini seperti di kejar - kejar, memperhatikan emosi orang orang yang mudah marah pada saat seperti itu, sekedar memikirkan anak-anak yang membawa gelas plastik dan kecrekan, lalu mengamen, apa mereka sekolah? kemana ibunya ? apa motif sang anak mengamen, atau peminta-minta yang sabar dengan keadaan susahnya, apa ia tidak malu harus seperti itu, kemana ketegasan pemerintah ? atau ini atau itu yang terlihat, terasa dan terdengar oleh indra kita saat terjebak macet.
api bukan berarti kita ngelamun, dan akhirnya ngantuk atau nabrak atau di tabrak pengendara lain. tapi kita hanya berusaha tidak terbebani dengan memikirkan pekerjaan yang sedang menunggu di depan. padahal dengan memikirkannya nggak bisa bisa merubah keadaan macet menjadi lebih lengang.
tapi nggak berlangsung lama, baru saja membayangkan kita malah nggak sadar kalau mobil atau motor di belakang klakson terus, pimmmmm pimmmmmmmmm pimmmmmmmmmmmm, woy minggir....!
yang ada akhirnya stress, pusing, gak tahan sama jalanan yang panas, mumetin dan bikin otak encer.
pinginnya buru-buru sampai di tempat tujuan, srobot kanan kiri yang penting cepet. padahal sama aja macet-macet juga.
yang berangkat ke kantor pikirannya nyangkut di wp yang kemarin belum selesai.
yang berangkat ke pabrik, udah kepikiran mandor yang ngomel mulu.
yang berangkat ke sekolah, malah kepikiran PR yang belum di buat.
yang sedang ke pasar, kepikiran harga cabe yang naik berhubung tahun baru.
dan seterusnya.
saat sholat malah inget ujian akhir, malah inget ingin makan apa, malah muncul ide ide yang musti segera di lakukan, tapi anehnya setelah selesai solatnya eh malah lupa ide yang muncul saat solat, saat solat juga malah inget tempat naro anak kunci yang udah lupa hampir seminggu, saat solat inget sms yang belum di balas, inget ini inget itu.
tapi bisa nggak sih ?, kita belajar menyatukan diri kita dengan waktu dan tempat. lalu menikmatinya.
saat kita terjebak kemacetan, kita berusaha menyatukan pikiran kita dengan keberadaan kita, menikmati macet tanpa harus memikirkan pekerjaan, pelajaran, hutang ataupun apa.
misalkan fokus memperhatikan gerak kendaraan yang melambat, menertawai motor yang selip sana dan sini seperti di kejar - kejar, memperhatikan emosi orang orang yang mudah marah pada saat seperti itu, sekedar memikirkan anak-anak yang membawa gelas plastik dan kecrekan, lalu mengamen, apa mereka sekolah? kemana ibunya ? apa motif sang anak mengamen, atau peminta-minta yang sabar dengan keadaan susahnya, apa ia tidak malu harus seperti itu, kemana ketegasan pemerintah ? atau ini atau itu yang terlihat, terasa dan terdengar oleh indra kita saat terjebak macet.
api bukan berarti kita ngelamun, dan akhirnya ngantuk atau nabrak atau di tabrak pengendara lain. tapi kita hanya berusaha tidak terbebani dengan memikirkan pekerjaan yang sedang menunggu di depan. padahal dengan memikirkannya nggak bisa bisa merubah keadaan macet menjadi lebih lengang.
postingan yang bagus sob
ReplyDeletetapi itu bener2 sulit dilakukan
Kunjungi juga blog saya ya sob
http://bennyantoni.blogspot.com/
Trims ben, emang bener sulit banget, tapi akika dah nyoba, dan hasilnya lumayan nyaman selama berkendara, asal syaratnya nggak ngelamun, hihihi.
ReplyDelete