Kabut Yang Kurindu
Pagi tadi ada hal yang berbeda dari setiap pagi selama tiga bulan ke belakang.
Saat melintas di keremangan pagi hari jalan Daan Mogot, seutas jalan yang menghubungkan kota Tangerang dan Jakarta, tidak seperti biasa, pagi ini di atas jalan itu melayang kabut tipis, halus, dan lembut memenuhi sepanjang jalan, dan menjadi lebih tebal di atas bantaran saluran mookervart yang terbaring mengikuti alur jalan, saluran yang masih rindang dengan pepohonan.
Pada awalnya Saya kira itu asap, karena jarang sekali turun kabut di kota sangego (pintu air sepuluh) ini, kota yang kini semarak dengan bising industri sebab bekerjanya pabrik sepanjang tahun. Oh ternyata Terkaku meleset, itu kabut bukan asap, saat kuhirup dalam dalam, harum uap air memenuhi rongga hidung, sejuk sekali, kabut yang belum tercampur asap buangan kendaraan.
Saat melaju di atas jalan ini terpaan angin dan kabut menjadi satu, begitu sejuk yang dengan lembut mengetuk pintu rinduku padanya
kabut kau selalu kurindu.
Saat melintas di keremangan pagi hari jalan Daan Mogot, seutas jalan yang menghubungkan kota Tangerang dan Jakarta, tidak seperti biasa, pagi ini di atas jalan itu melayang kabut tipis, halus, dan lembut memenuhi sepanjang jalan, dan menjadi lebih tebal di atas bantaran saluran mookervart yang terbaring mengikuti alur jalan, saluran yang masih rindang dengan pepohonan.
Pada awalnya Saya kira itu asap, karena jarang sekali turun kabut di kota sangego (pintu air sepuluh) ini, kota yang kini semarak dengan bising industri sebab bekerjanya pabrik sepanjang tahun. Oh ternyata Terkaku meleset, itu kabut bukan asap, saat kuhirup dalam dalam, harum uap air memenuhi rongga hidung, sejuk sekali, kabut yang belum tercampur asap buangan kendaraan.
Saat melaju di atas jalan ini terpaan angin dan kabut menjadi satu, begitu sejuk yang dengan lembut mengetuk pintu rinduku padanya
kabut kau selalu kurindu.
Comments
Post a Comment