Pulau cangkir, antara ada dan tiada.

Sumur kramat yang ada di pulau cangkir
khusus untuk mandi, Jika butuh harus telepon
atau sms pada nomor yang tertulis di dalam sumur
     Memang segala sesuatu kadang terjadi tanpa sebuah rencana, begitu juga perjalanan kali ini, saya dan sahabat, berencana ke pintu seribu di kawasan bayur, Kab Tangerang, setelah sampai saya langsung mengunjungi sebuah pondok pesantren nurul aulia yang terletak tak jauh dari lokasi benteng pintu seribu, sayang sekali, teman yang juga seorang santri tak bisa menemani saya masuk ke dalam bangunan pintu seribu lantaran ia harus mengaji, maklumlah santri lebih sibuk di bulan ramadhan.

   Layar sudah terbentang, masa sih digulung lagi?, ya sudah tanpa perencanaan matang saya dan sahabat melanjutkan perjalanan ke pulau cangkir yang berjarak 35 km dari bayur, mumpung hari minggu dan libur, perjalanan dibulan puasa menjadi perjalanan yang cukup mengasyikkan.

   Jalan Raya Mauk, merupakan jalan terpanjang yang kami tempuh 15km, disusul jalan raya kronjo 11 km, kanan kiri jalan sawah dan kebun timun suri, hmmm, matahari memang terik, tapi hempasan angin jalan dan pemandangan hijau menjadi penyejuk panas mentari. hebatnya jalanan sepi betul, jumlah kendaraan yang kami temui bisa dihitung dengan jari, entahlah, mungkin kebanyakan mereka merantau ke kota-kota.

   Tiba-tiba motor saya oleng dan terasa berat,  weleh-weleh bannya bocor, terpaksa menuntun motor di jalan panjang dan sepi. singkat cerita, pada akhirnya saya sampai di pulau cangkir, miris saat melihat pulau kecil ini, seakan di anak tirikan, tak terurus,  dan terlihat ombak yang terus menerus mengabrasi bibir pantai pulau ini, tanpa tanggul yang kokoh. saya dan sahabat mencoba mengelilingi pantai, sepi. mungkin dibulan ramadhan kali ya. air kecoklatan, sampah - sampah plastik beterbangan, ya sampah, mudah sekali menemukan sampah teronggok di pulau kecil ini, setelah mencoba mengobrol dengan penduduk setempat, dapat diketahui pemerintah kab tangerang, hanya melirik pulau ini saat kampanye di pemilukada saja, setelah terpilih mereka lupa akan janjinya, di bulan suci ini saat pengunjung sepi, penduduk pulau membangun tanggul dengan dana seadanya yang didapat dari hasil jualan mereka.  

   Puas berkeliling kami mendapati ban belakang motor kami kembali kempes, hati ini ciut, di mana ada tambal ban di pulau yang jauh dari pusat keramaian ini?. syukurlah ternyata ada tambal ban di pulau ini, perjalanan dapat kembali berlanjut melewati jalan panjang berbatu yang menghubungkan pulau ini dengan daerah keramaian kronjo. jelek sekali jalan yang kami tempuh, batu bertebaran dimana-mana, untunglah kemarau, jadi jalanan tak becek. di tengah jalan ban kami kembali bocor, dorong-dorong lagi, kali ini cukup jauh untuk bisa sampai ke keramaian jalan, di tambah jalan berbatu dan berdebu.

  Setelah menambal ban untuk ketiga kalinya, kami melanjutkan perjalanan, dan lagi-lagi ban kembali bocor, ban dalam merek JLU memang kelewat jelek. uang tinggal empat ribu, ganti ban yang lebih baik uang kurang, tambal ban hanya kesia-siaan, tak ada jalan lain, Hp saya jadikan jaminan, untunglah bengkel mau melayani, dan kami bisa melanjutkan perjalanan yang haus ini, pertanyaan berikutnya, di mana kami bisa berbuka, sedang matahari semakin lama semakin tertelan lautan, perjalanan masih tersisa 30 km lagi, semoga saja ban baru tak ikut-ikutan bocor.

Sebuah warung di pulau cangkir,
tutup disiang hari selama ramadhan
Jalan rusak berbatu dan berdebu,
pulau cangkir bisa menjadi
salah satu tujuan wisata Kab tangerang,
jika dikemas lebih apik dan bersih.

Tembok yang terkikis ombak
air dan batu di pantai pulau cangkir

Pulau cangkir

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

mudahnya Posting lewat e-mail