Kiyai kanjeng
kiyai kanjeng - Ada Seorang tokoh yang saya kagumi karena setiap tulisannya
mengandung nilai ke-ilahi-an, biaik pada puisi, artikel, bahkan musik yang
beliau hasilkan. musik? Apa musik bisa jadi jembatan antara sang
Kholik dan makhluk?
Emha Ainun Nadjib, pertama kali kenal beliau dari buku-bukunya yang
ngelumbuk di perpustakaan sekolah, saat itu saya masih kurang mengerti esensi
dari sekian banyak tulisan beliau, karena kalimatnya banyak bercampur bahasa jawa...,
tapi sekarang syukurlah saya masih juga belum banyak memahami tulisan
beliau :D, tapi di situlah keindahannya..
Terlebih dalam buku "Tuhan Pun Berpuasa", dengan gayanya tulisannya
yang bersahaja.. Beliau menyinggung bangunan-bangunan megah dan mewah
yang tak memberi ruangan untuk sekedar sholat, sekalipun ada ruangan
itu hanyalah tempat yang dipaksakan...
Beliau menulis "Rumah dan Mushala-Mu ini. Rumah-Mu ini hanya sekedar
sebuah ruangan yang dipaksakan untuk dipakai sebagai tempat shalat,
karena kebetulan banyak karyawan hotel ini yang beragama Islam. Ya
Allah, apakah engkau merasa kesepian? Tidak. Aku tahu engkau tidak
kesepian. Engkau tidak bersemayam hanya di mushala ini. Engkau bisa
aku jumpai di mana pun. Aku bisa menghadap-Mu di bagian mana pun dari
Hotel ini".
Dan semakin banyak membaca karya-nya, semakin bodoh saya dibuatnya.
mengandung nilai ke-ilahi-an, biaik pada puisi, artikel, bahkan musik yang
beliau hasilkan. musik? Apa musik bisa jadi jembatan antara sang
Kholik dan makhluk?
Emha Ainun Nadjib, pertama kali kenal beliau dari buku-bukunya yang
ngelumbuk di perpustakaan sekolah, saat itu saya masih kurang mengerti esensi
dari sekian banyak tulisan beliau, karena kalimatnya banyak bercampur bahasa jawa...,
tapi sekarang syukurlah saya masih juga belum banyak memahami tulisan
beliau :D, tapi di situlah keindahannya..
Terlebih dalam buku "Tuhan Pun Berpuasa", dengan gayanya tulisannya
yang bersahaja.. Beliau menyinggung bangunan-bangunan megah dan mewah
yang tak memberi ruangan untuk sekedar sholat, sekalipun ada ruangan
itu hanyalah tempat yang dipaksakan...
Beliau menulis "Rumah dan Mushala-Mu ini. Rumah-Mu ini hanya sekedar
sebuah ruangan yang dipaksakan untuk dipakai sebagai tempat shalat,
karena kebetulan banyak karyawan hotel ini yang beragama Islam. Ya
Allah, apakah engkau merasa kesepian? Tidak. Aku tahu engkau tidak
kesepian. Engkau tidak bersemayam hanya di mushala ini. Engkau bisa
aku jumpai di mana pun. Aku bisa menghadap-Mu di bagian mana pun dari
Hotel ini".
Dan semakin banyak membaca karya-nya, semakin bodoh saya dibuatnya.
merinding .... >_<
ReplyDeletepernah beberapa kali membacakan puisi beliau . tapi belum pernah baca buku karangan beliau ..
mesti baca.... :)
Delete