Puisi pertama
Kau terlalu rewel cakra
Tangismu terjarak oleh kebudayaan
Juga rekasa irodatunnas
Kau kira hidupmu mau enak enak saja?
Tidak!, hidupmu mesti seperti tangis bayi
Ada padanya Jaminan haq dan hubnya.
Irodatullah dan keinginanmu
Hanya dia yang tahu
Kau hanya menjalani
Menjalani cakra
Kau buta masa depan walau sejumput rumput
Kau mesti telanjang
Tidak banyak embel-embel hidup
Kau mesti ndlosor ke keinginan awalmu
Untuk apa kamu di sini
Di beri kesempatan berkenalan
Lalu jatuh
Lalu cinta, cinta?
Kau jatuh cinta?
Kau pikir lagi cakra,
Kadang kau selalu menengadah ke langit
Padahal kakimu tak beralas
--------...
Ya, Aku tak beralas
Aku telanjang,
Tapi tak bolehkah ku menatap langit
_____...
Kau terlalu rewel cakra,
Kau egois!
Kau tidak lebih hebat dari langit yang ditinggikanNya.
Menunduklah, lihat kakimu yang berpanu tak beralas.
____ ...
Tapi, bukankah itu sama seperti semua karyanya?
Telanjang dengan kelemahan,
Menangis tersedu, mencari-cari kehangatan.
___ ...
Ya, tangis bayi itu murni, haq
Tangismu?
Tangismu tercemar artifial kesengsaraan dunia.
Diam, diamlah kau cakra.
Beristigfarlah...
___...
Gusti, kama latufta kalawan ka agunganmu..
Sareung qudrah ka abdi, .. Hampunteun.
Kau pencipta keindahan Hijau campuran kuning dan biru...
Aku percaya..
PadaMu Allah, kau sutradara sandiwara ini
Tangismu terjarak oleh kebudayaan
Juga rekasa irodatunnas
Kau kira hidupmu mau enak enak saja?
Tidak!, hidupmu mesti seperti tangis bayi
Ada padanya Jaminan haq dan hubnya.
Irodatullah dan keinginanmu
Hanya dia yang tahu
Kau hanya menjalani
Menjalani cakra
Kau buta masa depan walau sejumput rumput
Kau mesti telanjang
Tidak banyak embel-embel hidup
Kau mesti ndlosor ke keinginan awalmu
Untuk apa kamu di sini
Di beri kesempatan berkenalan
Lalu jatuh
Lalu cinta, cinta?
Kau jatuh cinta?
Kau pikir lagi cakra,
Kadang kau selalu menengadah ke langit
Padahal kakimu tak beralas
--------...
Ya, Aku tak beralas
Aku telanjang,
Tapi tak bolehkah ku menatap langit
_____...
Kau terlalu rewel cakra,
Kau egois!
Kau tidak lebih hebat dari langit yang ditinggikanNya.
Menunduklah, lihat kakimu yang berpanu tak beralas.
____ ...
Tapi, bukankah itu sama seperti semua karyanya?
Telanjang dengan kelemahan,
Menangis tersedu, mencari-cari kehangatan.
___ ...
Ya, tangis bayi itu murni, haq
Tangismu?
Tangismu tercemar artifial kesengsaraan dunia.
Diam, diamlah kau cakra.
Beristigfarlah...
___...
Gusti, kama latufta kalawan ka agunganmu..
Sareung qudrah ka abdi, .. Hampunteun.
Kau pencipta keindahan Hijau campuran kuning dan biru...
Aku percaya..
PadaMu Allah, kau sutradara sandiwara ini
Comments
Post a Comment