Tak akan pernah mati.
Saya dengar dari Agama, saya tak akan pernah mati? Saya akan hidup selamanya, bahkan tulisan ini pun tidak hanya terposting di Blogger, tapi juga dalam catatan perbuatan gaib saya selama di sini? Benarkah? Untuk sementara saya anggap benar, karena nanti saya akan tahu sendiri. Setelah mati? Tidak, bukan setelah mati, tapi setelah berpisah dengan dunia, ya itu namanya mati, Bukan mati. Mati adalah proses akhir dari kebergunaan suatu benda atau raga biologis hewani, Jika hp rusak kita anggap mati, habis perkara, jika ayam sakit meregang nyawa, habis perkara. Tapi jika saya mati? Habis juga perkara? Saya dengar dari Agama tidak, saya akan hidup kembali.
Rupanya tidak sesederhana itu hidup jika saya tak pernah mati, abadi dalam keadaan abadi, sakit dan bahagianya pun akan abadi, abadi? Lalu bagaimana jika saya abadi? Akankah rasa cinta saya juga abadi? Terbawa setelah mati, akankah saya tahu saya pernah mencinta, pernah ini pernah itu? ...
Setelah saya mati, bisakah saya merasakan tidur mesti sejenak, melepas penat di alam kedua saya nanti, atau berjalan menyusuri pantai berpasir putih, adakah pantai di sana?, atau ingin merasakan haus, lapar, atau panas terik matahari?, saya dengar di surga segalanya akan nikmat-nikmat, tak ada kepedihan duka lara?, bagaimana jika saya bosan dengan surga? Oh tidak saya tidak akan bosan dengan surga? Tapi apa benar? Di dunia ada rasa jenuh, apa berarti rasa jenuh tak akan kita bawa ke dalam kematian. Jika manusia merasai ke sengsaraan di neraka dan ingin ke luar darinya, akankah juga saya merasai bosannya surga dan ingin sekedar menghembus kebiasaan hidup nanti, kesederhanaan setelah kematian.
Mungkin akan ada yang bicara 'mati aja, ntar juga tau', segampang itu? Tidak. Untuk mati pun tidak mudah, banyak keraguan, ketakutan, harapan, do'a... Cinta.
Untuk mati pun kita perlu cinta, Tuhan jika saya mati nanti saya maunya mendapat cinta Mu saja...
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Rupanya tidak sesederhana itu hidup jika saya tak pernah mati, abadi dalam keadaan abadi, sakit dan bahagianya pun akan abadi, abadi? Lalu bagaimana jika saya abadi? Akankah rasa cinta saya juga abadi? Terbawa setelah mati, akankah saya tahu saya pernah mencinta, pernah ini pernah itu? ...
Setelah saya mati, bisakah saya merasakan tidur mesti sejenak, melepas penat di alam kedua saya nanti, atau berjalan menyusuri pantai berpasir putih, adakah pantai di sana?, atau ingin merasakan haus, lapar, atau panas terik matahari?, saya dengar di surga segalanya akan nikmat-nikmat, tak ada kepedihan duka lara?, bagaimana jika saya bosan dengan surga? Oh tidak saya tidak akan bosan dengan surga? Tapi apa benar? Di dunia ada rasa jenuh, apa berarti rasa jenuh tak akan kita bawa ke dalam kematian. Jika manusia merasai ke sengsaraan di neraka dan ingin ke luar darinya, akankah juga saya merasai bosannya surga dan ingin sekedar menghembus kebiasaan hidup nanti, kesederhanaan setelah kematian.
Mungkin akan ada yang bicara 'mati aja, ntar juga tau', segampang itu? Tidak. Untuk mati pun tidak mudah, banyak keraguan, ketakutan, harapan, do'a... Cinta.
Untuk mati pun kita perlu cinta, Tuhan jika saya mati nanti saya maunya mendapat cinta Mu saja...
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
betul betul betul ...
ReplyDeleteterimakasih sudah mengingatkan :)
:) sama sama ya mbak :p
Delete