Palajaran kacang kedelai


    Sepulang dari percetakan, saat melintas depan pasar Induk Kota Tangerang saya melihat jalanan penuh kacang kedelai, sebagian ada yang terlindas kendaraan, sebagian yang lain tengah dikeduk oleh banyak orang. ternyata bak mobil pembawa kacang itu terbuka sedikit sehingga kacang keluar berceceran sepanjang jalan. Entah seperti apa perasaan sang supir, sedih, geram, kecewa atau kesal, atau sabar, tenang bahkan menyerahkan kejadian ini kepada Allah dengan sesadar-sadarnya ini adalah takdir, bisa jadi si supir sudah menyiapkan segalanya, mengecek pintu-pintunya apakah sudah terkunci dan tertutup rapat. sedang ia tak tahu ada kesalahan-kesalahan lain di luar pengetahuannya. Ia sudah berusaha, tapi saat yang terjadi seperti yang tidak ia inginkan, apakah ia harus kecewa? menyesal? mengeluh kesah?.

   Ikhlas, satu kata yang begitu sulit saya fahami hingga kini, ikhlaslah lalu serahkan semua yang telah kamu lakukan dengan kadar kemampuanmu pada Tuhanmu.

  Saya masih egois, masih banyak embel-embel penyakit hati lainnya, belum ikhlas, belum tawakkal.

   Pernah saya meninggalkan jam tangan di toilet, saat kembali jam itu sudah tidak ada, saya ke sekuriti, ia bilang tak ada yang menitipkan jam tangan, saya tanya ke semua teman yang baru saja dari toilet apakah melihat jam tangan saya, mereka juga tidak lihat, saya cek lagi ke toilet, tak ada. esoknya hal yang sama saya lakukan, bertanya ke sekuriti, boy office, juga mencek toilet, saya masih penasaran, bisa jadi dan terjatuh. tak ada. saat semua itu saya lakukan tapi masih juga tidak ditemukan. menyesalkah saya? ya saya menyesal pada sikap lalai saya, tak saya ulangi. tapi kalau saya terus menyesal tak ada gunanya toh jam tangan itu sudah hilang. dan menyesal hanya akan membuat hidup terasa sempit. saya berusaha untuk ikhlas lalu berserah diri pada Allah, kalau memang jam tangan itu milik saya pasti akan kembali pada saya, tiga hari kemudian adik kelas datang ke saya...

   "ra, kehilangan jam tangan ya?" tanyanya
   "iya, ndak ketemu don" jawab saya lurus
   " yang ini bukan" lanjutnya sambil memeberi saya sebuah jam tangan hitam

Ternyata benar, itu jam tangan saya, alhamdulilah.

    "makasih ya don" ucap saya sambil membolak balik jam tangan yang kembali lagi.
    "iya, tapi itu juga bukan saya yang temuin, tapi teman saya, saat saya lihat jam tangan yang ia temuin, saya lihat jam itu mirip betul dengan jam tangan yang cakra pakai"  jelasnya pada saya.

   maktub, semuanya sudah tercatat. inikah yang dimaksud milik tidak kemana,  ya tentunya setelah usaha. tapi jika jam saya tak kembali, saya mesti ikhlas, menyerahkan segalanya pada Allah, tidak ndumel, ndak ngeluh  ya Allah kenapa sih jam tangan saya mesti hilang? saya tidak boleh seperti itu, sama saja ngungkit-ngungkit Tuhan, ndak nrimo keadaan, ndak ikhlas nan tawakkal.


  Ikhlas memang perlu dipelajari dibiasai, tawakkal itu derajat keimanan yang tinggi.

    Aku mesti ikhlas, tak memaksakan kehendak, aku hanya disuruhnya berusaha, berdo'a... toh usaha kalau berlandas karena-Nya akan ia nilai sebagai ibadah. selebihnya Aku akan berusaha menyerahkan segala urusan pada pemilik segalanya. pengatur segalanya, waktu di hadapannya adalah satu. tak ada esok, kini dan nanti. ia tahu segalanya, maktub, telah tercatat di sana, saat saya berumur 120 hari dalam kandungan. saya mungkin hanya bisa menebak-nebak dan berusaha, tapi janganlah saya memaksakan kehendak, merusak suasana sandiwara kehidupan. saya mesti nrimo, ikhlas dan tawakkal, jika ia sudah menentukan maka milik tidak kemana, jodoh tidak kemana, dan pada akhirnya kita harus menerima apapun keadaan dengan senyum.

 Aku mesti belajar ikhlas dan tawakkal, ada yang bisa mengajari?

*jodoh tidak kemana sebuah kalimat penghibur hati, ya jodoh tidak akan kemana :)

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Belanja di Pasar Senen, antara murah sangat dan sangat mahal