Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
Saya dapat pepatah jawa dari ibu
penjual jamu, beliau juga yang
mengajarkan saya banyak kata dalam bahasa jawa (kromo), sore ini saat ia mampir,
sambil minum jamu racikannya, ia pun memberi sebuah pepatah :
"Witing tresno jalaran soko kulino",
Mudah mudahan tulisannya ndak salah , Dalam Indonesianya kurang lebih "cinta datang karena terbiasa".
Saya tertegun setelah tahu maknanya.
5 kata ini telah memberi saya banyak
jawaban : terbiasa. cinta tumbuh karena terbiasa, terbiasa bertemu, bersapa,
bersama, ya terbiasa bersama, film-film pun demikian, ketika ada dua orang
bermusuhan biasanya setelah melewati
perjalanan panjang bersama, pada akhirnya mereka menjadi akrab sekali.
Maka kita tak bisa menyalahkan apapun, jika
seorang yang kita cinta, pada akhirnya pergi, karena kurangnya sebuah
kebersamaan, kurangnya pertemuan, sampai akhirnya perhatiannya jatuh pada
seorang yang lebih sering bersamanya (kita tak sedang bicara kesetiaan), semua itu maktub, garis
garis hidup memang sudah disarikan oleh orang-orang terdahulu kita, mereka
merumuskan dengan sederhana, tanpa berbelit-belit, kadang kita bertanya, kok
bisa sih? Padahal jawabannya terangkum dalam lima kata "witing tresno
jalaran soko kulino".
Tidak hanya dalam cinta manusia, dalam
segala hal, sampai akhirnya pada Tuhan sang pencipta, kita tak bisa
mencintai-Nya jika kita tak membiasakan diri bercengkrama bersama-Nya dalam
solat, mendengarkan Wejengan-Nya melalui lembar-lembar Al- Qur'an, juga
membenamkan diri dalam lautan sabar selama ramadan-Nya. Tak seperti ciptaan-Nya
berupa manusia yang bisa menjauh, Allah
tak menjauhi orang-orang yang tak biasa bersama-Nya. Tapi tetap menunggu
agar hambanya kembali dan mencoba lebih Intim dengan Tuhan, terutama dalam
ramadan yang akan datang.
Sedangkan manusia? Ia bisa menjauh, bahkan
tanpa diminta pun ia akan menjauh, jika timbulnya rasa karena terbiasa, maka
hilangnya pun dengan terbiasa, tak membiasakan diri bersamanya. Melupakan pun
karena terbiasa..
Tapi? Manusia dicipta bukan untuk terlupa,
perasaan terbentuk tidak untuk dimusnahkan,
Rasa
akan selalu ada, hanya saja kita kadang kesulitan menemukan di mana rasa
yang terselip dalam patahan-patahan hati. Tapi sejatinya ia akan selalu ada..
Manusia tercipta bukan untuk dilupakan.
Comments
Post a Comment