Budaya Minum Kopi Makan Pastel Saat lebaran
Ramadhan sedang berkemas meninggalkan kita, . . .
Idul fitri sebentar lagi, di hari ini kita berlomba mengucapkan maaf, kunjung mengunjungi, mersenin kecebong, hunting kue nastar, blusukan, pake baju baru, dan lain-lain.
Dulu, sebelum anak ingusan, nenek-nenek, kakek-kakek punya Handphone, belum dikenal kirim kiriman maaf lewat sms, atau twitter juga facebook. minimal titip salam, kalau kelebihan waktu bisa langsung sowan ke rumah kawan, kalau lagi keren-kerenan biasanya pakai kartu ucapan buat orang spesial.
Sekarang, saat kita bisa booking becak lewat sms, mutusin pacar lewat sms, kecebong sampai nenek kakek kirim kirim pesan lewat sms, peranan kartu lebaran mulai berkurang.
Budaya Minum Kopi Makan Pastel.
Karena kini jaman makin berkembang, kartu lebaran jadi barang langka, ya karena sekarang udah ada sms yang lebih simpel, tulis tulis dikit langsung kirim ke banyak orang, beres.. tinggal nungguin balesan, tapi? tapi jeleknya saya bisa dapet 20 sms dengan kata-kata sama dari 20 orang yang berbeda. hadooh. kopi pastel.
Memang lebih praktis, tapi sms yang diteruskan (forward) dari orang lain tidak sepenuhnya mewakili hati si pengirim, walaupun kata-katanya cetar membahana, bergelombang syahdu, mengiris perasaan, menentramkan jiwa, membelit hati, tapi kalau kita tahu bukan datang dari buah pikir si pengirim pesan, rasanya tetap "Beda...". ndak ada pesan intim (pribadi) dari si pengirim, saya sendiri lebih senang mendapat sms sederhana tapi datang dari buah pikir si pengirim pesan, dari pada sms panjang lebar dengan kata-kata dari antah berantah tapi ketauan bukan datang dari pikiran si pengirim pesan, dia cuma tinggal nerusin sms yang masuk ke hp-nya terus diganti tulisan bawahnya jadi "Panjul n' family" kirim lagi dah ke banyak orang.
Pinginnya Instan
Kita sering nyamain minta maaf lewat sms kayak ngirim undangan buka puasa bersama, tulis lalu kirim ke banyak orang (instan), sekali mendayung langsung sampe ke bulan. minta maaf ke seseorang merupakan aktifitas individual, bukan kolektif, karenanya perlu bahasa yang lebih bersifat pribadi jika kita kepingin minta maaf lewat sms. saya juga sering melakukan hal keliru, dengan mengirim sms yang sama ke smua orang, padahal akan lebih bersifat pribadi, face to face, mata ke mata, hati ke hati, kalau saja kita menyebut nama orang yang di tuju, dengan menyebut nama sama saja kita tidak mengirim sms yng sama untuk banyak orang. karena nama orang beda beda hihihi. lebih enak sms kayak gini :
"Yennis, maafin gw yaa... gua banyak salah sama lo"
dibanding :
" Aku tak memintamu
menjadi awan
karena ku takut kau akan mendung
Aku tak memintamu
tuk menjadi bunga
karena ku takut kau kan layu
tapi aku hanya memintamu memaafkanku wahai
SAHABATKU "
ribet banget dah, kita telepon aja kalau begitu.... :)
Selamat Idul Fitri Mohon maaf lahir batin
Idul fitri sebentar lagi, di hari ini kita berlomba mengucapkan maaf, kunjung mengunjungi, mersenin kecebong, hunting kue nastar, blusukan, pake baju baru, dan lain-lain.
Dulu, sebelum anak ingusan, nenek-nenek, kakek-kakek punya Handphone, belum dikenal kirim kiriman maaf lewat sms, atau twitter juga facebook. minimal titip salam, kalau kelebihan waktu bisa langsung sowan ke rumah kawan, kalau lagi keren-kerenan biasanya pakai kartu ucapan buat orang spesial.
Sekarang, saat kita bisa booking becak lewat sms, mutusin pacar lewat sms, kecebong sampai nenek kakek kirim kirim pesan lewat sms, peranan kartu lebaran mulai berkurang.
Budaya Minum Kopi Makan Pastel.
Karena kini jaman makin berkembang, kartu lebaran jadi barang langka, ya karena sekarang udah ada sms yang lebih simpel, tulis tulis dikit langsung kirim ke banyak orang, beres.. tinggal nungguin balesan, tapi? tapi jeleknya saya bisa dapet 20 sms dengan kata-kata sama dari 20 orang yang berbeda. hadooh. kopi pastel.
Memang lebih praktis, tapi sms yang diteruskan (forward) dari orang lain tidak sepenuhnya mewakili hati si pengirim, walaupun kata-katanya cetar membahana, bergelombang syahdu, mengiris perasaan, menentramkan jiwa, membelit hati, tapi kalau kita tahu bukan datang dari buah pikir si pengirim pesan, rasanya tetap "Beda...". ndak ada pesan intim (pribadi) dari si pengirim, saya sendiri lebih senang mendapat sms sederhana tapi datang dari buah pikir si pengirim pesan, dari pada sms panjang lebar dengan kata-kata dari antah berantah tapi ketauan bukan datang dari pikiran si pengirim pesan, dia cuma tinggal nerusin sms yang masuk ke hp-nya terus diganti tulisan bawahnya jadi "Panjul n' family" kirim lagi dah ke banyak orang.
Pinginnya Instan
Kita sering nyamain minta maaf lewat sms kayak ngirim undangan buka puasa bersama, tulis lalu kirim ke banyak orang (instan), sekali mendayung langsung sampe ke bulan. minta maaf ke seseorang merupakan aktifitas individual, bukan kolektif, karenanya perlu bahasa yang lebih bersifat pribadi jika kita kepingin minta maaf lewat sms. saya juga sering melakukan hal keliru, dengan mengirim sms yang sama ke smua orang, padahal akan lebih bersifat pribadi, face to face, mata ke mata, hati ke hati, kalau saja kita menyebut nama orang yang di tuju, dengan menyebut nama sama saja kita tidak mengirim sms yng sama untuk banyak orang. karena nama orang beda beda hihihi. lebih enak sms kayak gini :
"Yennis, maafin gw yaa... gua banyak salah sama lo"
dibanding :
" Aku tak memintamu
menjadi awan
karena ku takut kau akan mendung
Aku tak memintamu
tuk menjadi bunga
karena ku takut kau kan layu
tapi aku hanya memintamu memaafkanku wahai
SAHABATKU "
ribet banget dah, kita telepon aja kalau begitu.... :)
Selamat Idul Fitri Mohon maaf lahir batin
Comments
Post a Comment