mumpung masih muda
Dulu saya senang sekali dengan bahasa Inggris, mengambil beberapa kursus yang berkaitan dengan bahasa ini. marvelous English, Global English, membeli buku, mp3 tutorial dari compusoft English, dan podcast effortless dari AJ Hoge juga menjadi subscriber aramco world serta mendownload free listening lessons dari BBC dan VoA. beberapa kali saya mendaftar LIA, namun gagal karena saat itu berbenturan dengan dana di kantong.
dan, ternyata belajar bahasa itu tak akan pernah berakhir, sebagai turunan sunda hingga kini saya juga kursus bahasa sunda pada semua orang sunda yang saya temui, tidak memilih mana sunda kasar ataupun halus, semua bahasa baik adanya.
Mumpung masih muda, pikir saya. kita mesti banyak membangun kemampuan. kalau sudah tua belum tentu sempat untuk melakukan semua ini.
sayangnya, saat memiliki uang lebih. kita terkadang bingung, mau diapakan uang ini ?. belilah kita gadget terbaru, handphone tercanggih di luar kebutuhan, jalan jalan tanpa tujuan yang jelas. backpacker tanpa perhitungan. dan akhirnya uangnya habis. gadgetnya rusak. pulang jalan jalan hanya bawa kenangan yang bisa dijadikan cerita saja.
semua bisa berinvestasi
investasi tidak hanya melulu tentang ternak uang, menurut saya investasi juga bisa dengan membangun kemampuan diri.
bisa dengan mengambil banyak pelatihan, kursus apapun yang kita suka. saat memiliki uang lebih, atau kita bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit, kita bisa membeli buku berkualitas untuk pengembangan diri kita. mumpung masih muda, tentunya kita ingin memiliki masa depan yang lebih baik dan cerah.
kalau kita punya banyak kemampuan, tentunya kita bisa pilih mana yang akan kita kembangkan lebih lanjut.
kan sayang, kalau masa muda habis begitu saja. tau tau sudah tua kita merasa terlambat untuk melakukan banyak pekerjaan atau menjadi apa yang kita inginkan.
Tak punya uang, ga bisa kuliah
ilmuwan tidak selamanya harus akademisi, sastrawan tak harus lulus kuliah sastra, walau begitu jika kita memiliki kesempatan dan cukup niat, kuliah merupakan pilihan terbaik.
untuk menjadi yang terbaik bukan berarti lulusan tempat terbaik, kalau kita banyak waktu tapi tak punya uang bukan berarti kita tak bisa menjadi apa yang kita inginkan.
daripada sibuk jadi pencomot status, pengamat politik ndak jelas, pengkritik kebijakan pemerintah yang cuma ngritik doang, atau ndak puas dengan semua peraturan, prilaku orang lain.
ya, daripada capek capek melakukan semua itu. lebih baik kita membaca buku, berteman dengan politikus, menjadi pengamat yang bijak, objektif dan berimbang, baru deh tulis artikel sekaligus solusinya.
saya sendiri kadang tercemplung dalam dunia mainstream dengan berkomentar, comot status, lalu mengkritik. padahal saya bukan ahli politik sekedar pengamat yang benar pun tidak. bukannya tidak boleh, tapi sayang saja energi yang kita punya habis begitu saja. padahal komentar saya tidak membangun sama sekali, tidak masuk koran, tidak jadi tranding topik bahkan parahnya komentar saya tidak membangun diri saya sendiri ke arah yang lebih baik.
kuliah itu tumpukan buku, karena banyak yang kuliab tidak mau baca buku. padahal dikuliahan semuanya buku. perpus isinya buku. komputer isinya buku. yang dibawa buku. anak teknik bawa buku, seniman bawa buku. dosen pakai buku, anak multimedia yang dibawa selain laptop dan modem juga bawa buku, dilaptonya pun berisi artikel dan tulisan yang kita sebut buku.
jadi, kalau tidak ada kesempatan berkuliah, kita bisa membaca banyak buku, mempraktekannya, berteman dengan yang kuliah. tau tau otak kita seperti anak kuliahan.
Comments
Post a Comment