Keris kaum Filantropi
Kuliah sudah selesai,
Tak ada lagi pelajaran menunggu di dalam kelas. namun nyatanya panjangnya hidup tidak cukup hanya dibekali dengan beberapa tahun masa belajar. pelajaran hidup tak akan pernah selesai. kapan pun di mana pun, saya dapat belajar, menjadi apa yang saya suka dan mengerjakan apa yang cocok untuk saya lakukan.
siang itu, saya tengah duduk menatapi layar komputer, mengumpulkan mood untuk mengerjakan surat penawaran dengan sebuah restoran. Tiba tiba saya kedatangan tamu, seorang bapak yang sudah lama saya kenal, saya pun menutup layar komputer, karena memang mood tidak juga terkumpul. si bapak mengajak mengobrol tentang kehidupan. memang kadang guru datang tanpa diminta.
Sekolahnya tak tinggi, namun pengalaman pahit membuatnya bertahan, kini ia menjadi pedagang. dari keringatnya ia sudah membeli rumah, motor dan sesuatu yang ia butuhkan. ia mengatakan pada saya "kekayaan mah, bisa didapet, ngga perlu sekolah". "tapi" lanjutnya " kemajuan ngga bakal bisa mi, dia bisa kaya sekaya kayanya, tapi kemajuan mikir nya kemajuan ciptanya, ya kudu sekola".
ucapannya saya cerna pelan pelan, kekayaan tak berbading lurus dengan pendidikan, kekayaan berkaitan dengan kerja keras, lalu mengapa orang orang menempuh pendidikan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar dan berujung pada keinginan untuk kaya.
Ia terus berucap, hingga sampai pada poin inti, di belakang bajunya terselip sebilah keris, berukuran sedang, dengan ukiran halus terlihat saat terhunus, pegangannya kayu mengkilap bersih. ia mengatakan "ini keris tiba tiba ada di lemari saya mi, saya juga ngga ngerti, tapi ini wasiat yang mesti dijaga, saya takut ngga bisa jaganya..".
Saya diam, ada sesuatu kembali menohok pikiran saya. Klenik masih terus bersemayam di kepala individu. ada sesuatu yang tak bisa saya terima dengan akal saya, datangnya keris di dalam lemari seperti mendengar kisah kancil bicara dengan manusia. tak masuk akal.
memang seseorang bisa menjadi kaya tanpa pendidikan, tapi pendidikan membuat kita lebih rasional dalam menghadapi hidup yang penuh dengan kepalsuan.
Tak ada lagi pelajaran menunggu di dalam kelas. namun nyatanya panjangnya hidup tidak cukup hanya dibekali dengan beberapa tahun masa belajar. pelajaran hidup tak akan pernah selesai. kapan pun di mana pun, saya dapat belajar, menjadi apa yang saya suka dan mengerjakan apa yang cocok untuk saya lakukan.
siang itu, saya tengah duduk menatapi layar komputer, mengumpulkan mood untuk mengerjakan surat penawaran dengan sebuah restoran. Tiba tiba saya kedatangan tamu, seorang bapak yang sudah lama saya kenal, saya pun menutup layar komputer, karena memang mood tidak juga terkumpul. si bapak mengajak mengobrol tentang kehidupan. memang kadang guru datang tanpa diminta.
Sekolahnya tak tinggi, namun pengalaman pahit membuatnya bertahan, kini ia menjadi pedagang. dari keringatnya ia sudah membeli rumah, motor dan sesuatu yang ia butuhkan. ia mengatakan pada saya "kekayaan mah, bisa didapet, ngga perlu sekolah". "tapi" lanjutnya " kemajuan ngga bakal bisa mi, dia bisa kaya sekaya kayanya, tapi kemajuan mikir nya kemajuan ciptanya, ya kudu sekola".
ucapannya saya cerna pelan pelan, kekayaan tak berbading lurus dengan pendidikan, kekayaan berkaitan dengan kerja keras, lalu mengapa orang orang menempuh pendidikan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar dan berujung pada keinginan untuk kaya.
Ia terus berucap, hingga sampai pada poin inti, di belakang bajunya terselip sebilah keris, berukuran sedang, dengan ukiran halus terlihat saat terhunus, pegangannya kayu mengkilap bersih. ia mengatakan "ini keris tiba tiba ada di lemari saya mi, saya juga ngga ngerti, tapi ini wasiat yang mesti dijaga, saya takut ngga bisa jaganya..".
Saya diam, ada sesuatu kembali menohok pikiran saya. Klenik masih terus bersemayam di kepala individu. ada sesuatu yang tak bisa saya terima dengan akal saya, datangnya keris di dalam lemari seperti mendengar kisah kancil bicara dengan manusia. tak masuk akal.
memang seseorang bisa menjadi kaya tanpa pendidikan, tapi pendidikan membuat kita lebih rasional dalam menghadapi hidup yang penuh dengan kepalsuan.
benar sekali :) yang penting berusaha dan berjuang
ReplyDeleteyuk, sama sama kita berusaha :)
Delete