Ada di kolong Langit
Munculnya segala perkara yang ada di kolong ini lantaran skenario Allah yang menuliskan Adam memakan buah terlarang.
Jika tidak, mungkin anak cucunya sedang berleha leha berendam rendam di sungai madu, berlarian di lapangan yang luasnya tiada tara, bergelayut di pohon pohon dengan buah tak terbayangkan rasa dan bentuknya.
Jika tidak, tak ada perang dunia II, tak ada sakit hati di tinggal kekasih mangkir dari janjinya, tak ada TV one pro oposisi, tak ada Metro TV projo, tak ada dan tak ada, yang ada hanyalah kenikmatan kekal abadi seperti yang Allah janjikan dalam kitabnya yang suci.
Apalagi, tak akan ada penertiban warung nasi, tak ada opini opini dari kanan kiri, ndak ada itu semua, yang ada damai di surga itu sejahtera, indah sentausa, ndak merasa benar semua. Main serodok komentar, main comot obrolan, main membagikan gibah, hasut, iri, dengki, mempola opini masyarakat sampai bicara "iki sing bener piye??!!!".
Ho oh, ke alpaan bapak moyang kita Nabi adam alaihis salam, lantaran penasaran dengan bujuk rayu iblis, ndak tahan nafsu supaya ndak ncomot itu buah, daaaaaan terjadilah yang terjadi hingga akhirnya begini, beliau dilungsurkan menurut skenarioNya yang maha adil, jatuh ke bumi beranak pinak di sini. Di tempat kita sekarang ini.
Coba saja nabi adam menahan "puasa" dari keinginannya yang sangat, ndak mungkin kita lahir di bumi, mati pun belum tentu kembali ke surga, ada neraka... Tempat salah kembali.
Tapi ndak gitu juga, Allah maha adil, lah kita jadi bisa jatuh cinta di muka bumi, membuat segerombolan yang mengklaim masuk surga, membuat segerombolan yang di klaim masuk neraka.
Beliau maha adil, dengan di utusnya baginda Nabi Muhammad saw, dengan cintanya menggiring kita untuk tidak terlena dengan dunia, memberi resep keseimbangan hidup dengan berpuasa.
Puasa makan, puasa minum, puasa ngatain orang jelek, puasa melototin wanita cantik, puasa raga, puasa jiwa, puasa dari mencomot opini, puasa dari selalu menganggap benar berita yang ada, puasa dan puasa..... Berharap umpan iblis berupa buah di surga, yang kini menjadi beraneka ragam buahnya, baik buah di pohon atau yang buah menempel di tubuh manusia, tidak kita makan, karena sedang membiasakan puasa raga...melemahkan keinginan duniawi, sukur sukur setelah satu bulan berlalu, jiwa kita terus berpuasa ...
Allahumma afuwwun kariim, tuhibbul afwa fa'fu a'nna ... Ya kariiim
Comments
Post a Comment