Apakah volatilitas harga saham dipasar berpengaruh pada keuangan perusahaan ?


Semakin banyak mempelajari saham saya semakin tahu kalau saya tidak tahu apa apa, mulai dari baca baca di aplikasi ipot, RTI makin ke sini saya makin ngga faham hehe, selain usia yang telat tahu, tapi ngga apa apa deh, daripada sama sekali ngga pernah tahu apa itu saham.

Pertama kali saya berkenalan dengan saham saat buka puasa di suana covid tahun 2020, abdurahman seorang mahasiswa dan juga jurnalis di eksis banten, membuka suasana baru dengan memberikan KLu apa itu saham, belinya di mana hingga bagaimana cara dapat untung dari saham. saya yang sebelumnya sudah mempelajari dan masuk di dunia reksadana mulai tertarik apa yang abdurahman bicarakan.

Saya mulai membeli buku sederhana yuk nabung saham yang di tulis sekelompok anak muda untuk membuka celah bagi awamnya literasi saham dan pasar saham di indonesia, saya mulai membaca buku ini, setelah membaca dan tahu apa itu saham saya makin penasaran bagaimana dan harus apa dengan saham yang saya mulai miliki di IPOT. 

saya mulai berkenalan dengan pak Joeliardi sunendar dari bukunya "cara simpel berinvestasi pasar modal", buku yang beliau tulis adalah kumpulan artikel yang beliau tulis khusus di forum stockbit, dengan bahasa yang ramah dan mudah dipahami terutama bagi saya yang memiliki IQ minimal hehe. saya mulai mengerti apa itu dan bagaimana menganalisa sebuah perusahaan yang bagus dengan cara cara sederhana tanpa harus lulus kuliah jurusan keuangan. 

cuma ada satu pertanyaan dasar buat saya, uang dalam bentuk saham yang di perjual belikan di pasar apakah berpengaruh pada keuangan perusahaan, mislakan harga saham INDF kemarin di buka di harga 6.150 perlembar saham , dan hari ini di buka di harga di harga 5.800/saham, apa berarti dalam sehari keuangan peruhasaan anjlok dan turun ? 

dalam buku pak joe memang tak membahas hal ini, tapi beliau menyarankan saya untuk membaca buku buku peter lynch, dan saya akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan saya sendiri dalam buku Learn to Earn. 

beliau menganalogikan, saham seperti sebuah mobil, saat kita membeli mobil bekas dari seseorang, perusahaan pembuat mobil tidak akan mendapat keuntungan atau kerugian dari transaksi kita, begitu pun saat kita menjualnya, perusahaan pembuat mobil sama sekali tak terlibat dan tak tahu menahu mengenai harga yang kita bayarkan untuk mobil bekas itu, lain halnya jika kita membeli mobil baru , tentu perusahaan akan mendapat untuk dari penjualan mobilnya. 

sebuah perusahaan akan mendapatkan uang dari penjualan perdana di pasar saham sesuai jumlah lembar dan harga yang di tawarkan. tapi setelah saham itu terjual dan menjadi milik publik, perusahaan tidak bisa ikut campur dalam pembentukan harga saham yang sudah ia jual. pemilik saham baru bebas menentukan harga, dan perusahaan tidak mendapat keuntungan jika pemilik baru menjual dengan harga 2x lipat, begitu juga perusahaan tidak akan merugi saat pemilik saham baru menjualnya dengan harga lebih rendah. 

bagaimana jika perusahaan butuh modal tambahan ?. perusahaan akan menjual lembar saham baru yang di kenal dengan istilah right isuue, dari transaksi ini perusahaan akan mendapatkan dana segar baru. 

dari sini saya mulai faham, sebetulnya tingkat volatilitas harga saham lebih umum di sebabkan oleh mekanisme tawar menawar lembaran saham yang terjadi di pasar modal setiap harinya, tidak selalu oleh kinerja perusahaan. bisa jadi perusahaan memiliki reputasi yang baik, tapi harga sahamnya jatuh di pasaran karena sentimen para pembeli dan penjual di pasar modal. 






 

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

mudahnya Posting lewat e-mail