Bingkai Kehidupan

kalau anda menjadi pedagang, anda mungkin pernah mendapati pembeli yang mengatakan kalau dia beli untuk santunan anak yatim, atau untuk pembangunan masjid. tapi dengan alasan ini harga di tekan serendah mungkin karena mereka menggunakannya untuk amal. amal di sisi lain, penjual yang mungkin sedang membutuhkan untung seperti biasanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga menjadi terseret untuk di minta beramal dengan mengurangi untungnya.  Menawar memang hal yang sangar wajar dan bahkan perlu di dunia perdagangan, tapi menawar dengan membawa humanisme menjadi tidak humanisme di sisi pedagang, karena pedagang biasanya akan merasa tidak memiliki rasa humanis jika ia tidak mengurangi harga seperti yang pembeli inginkan. atau minimal mendekati harga yang pembeli inginkan.  namun tidak selalu demikian, kadang penjual pun akan senang jika tahu barang dagangannya di gunakan untuk aksi kemanusiaan, jika kesempatan sedang baik ia pasti akan ikut bersumbangsih, dan kesempatan seperti ini tidak

Emosional manusia selalu berubah ubah, kadang saya sendiri mesti memahami apa yang membuat saya marah, senang, dan bisa mengambil sikap karena munculnya emosi yang beraneka ragam. Memahami diri sendiri jauh lebih sukar daripada menerka keadaan orang lain. Bisa saja dengan mudah menilai orang yang sedang marah, bimbang atau butuh pertolongan, tapi memahami isi batin yang lebih dalam rasanya jauh lebih sulit dan teramat sulit lagi, karena pikiran selalu merespon data yang masuk melalui panca indera.  Sejak 2016 saya memimpin sebuah tim produksi, belajar memahami keadaan tim, apa yang dibutuhkan dan menilai integritas, sudah beberapa kali saya menggunakan pendekatan yang berbeda agar tim tak melulu telat, hingga saat ini, pendekatan seperti absen , reward dan punishment sedikit demi sedikit mengikis kebiasaan telat yang melekat pada tim.  Saya menyadari etos generasi muda yang saya pimpin di dunia produksi Styrofoam masih jauh dari mumpuni, bagaimanapun pendekatan yang saya lakukan dengan

Saya senang mengunjungi tempat tempat baru, kalau istri senangnya mengunjungi kulineran baru, ditambah tanggal 3 Oktober Kirana ulang tahun yang ke empat, jadilah saya dan keluarga berangkat ke Garut tepatnya kebun mawar situhapa, perjalanan memakan waktu 4 jam 25 menit dari Tangerang kota. Lancar sekali tanpa macet.  Untuk menuju lokasi setelah keluar tol Cileunyi, kami masuk ke arah kaki bukit papandayan, jalan terus menanjak dengan hamparan sawah dan landscape pegunungan yang indah, suasana hijau yang jadi suasana langka di tangerang. Setelah melewati wilayah Kamojang akhirnya sampai hehehe.. perjalanan panjang 4 jam kalau buat liburan kerasa cepet, dibanding perjalanan pendek untuk dekor di tambah customer telponin terus tanya posisi , ya terasa sangat lama sekali...  Setelah sampai kami di sambut oleh suasana hening , dengan lokasi penuh bunga warna warni yang indah, depan pintu penerima tamu ada pohon merambat ke seluruh genting dengan bunga warna ungu, serasa rumahnya mirabel di

Saya termasuk penikmat jamu, dulu sebelum menikah dan masih tinggal bareng orang tua, tiap sore ada bude jamu gendong lewat, saya menjadi pelanggan setianya, mulai dari pahitan, beras kencur, kunyit asam hingga temu lawak saya sudah coba, dan enak. setelah minum jamunya, Bude menawarkan untuk meminum segelas jahe manis, tapi saya seringnya menolak. setelah berumah tangga dan tinggal terpisah dari orang tua, bude jamu ngga ada lagi. karena sudah tinggal beda kelurahan, walaupun bolak balik rumah orang tua, tapi kayaknya jalur jualan bude jamu udah ngga lewat depan rumah. agak kehilangan, ya tapi terima saja keadaan yang akan terus menerus berubah seiring perjalanan usia. tibalah lusa lalu, istri ajak saya ke pasar lama untuk beli bucket bunga, katanya untuk hadiah teman sekolah yang akan dilamar. harganya cukup murah, 200 rb ( sudah rapih dengan hiasan bunga mawar dan bunga bunga putih lain yang saya ngga tau namanya, setelah deal dan mengatur waktu pengiriman, saya dan istri melewati s