Jangkauan jiwa

Emosional manusia selalu berubah ubah, kadang saya sendiri mesti memahami apa yang membuat saya marah, senang, dan bisa mengambil sikap karena munculnya emosi yang beraneka ragam. Memahami diri sendiri jauh lebih sukar daripada menerka keadaan orang lain. Bisa saja dengan mudah menilai orang yang sedang marah, bimbang atau butuh pertolongan, tapi memahami isi batin yang lebih dalam rasanya jauh lebih sulit dan teramat sulit lagi, karena pikiran selalu merespon data yang masuk melalui panca indera. 

Sejak 2016 saya memimpin sebuah tim produksi, belajar memahami keadaan tim, apa yang dibutuhkan dan menilai integritas, sudah beberapa kali saya menggunakan pendekatan yang berbeda agar tim tak melulu telat, hingga saat ini, pendekatan seperti absen , reward dan punishment sedikit demi sedikit mengikis kebiasaan telat yang melekat pada tim. 

Saya menyadari etos generasi muda yang saya pimpin di dunia produksi Styrofoam masih jauh dari mumpuni, bagaimanapun pendekatan yang saya lakukan dengan berbagai cara, jika si pemilik jiwa tidak mau berubah, semua akan kembali kepada keadaan semula. Pada akhirnya tidak mudah merubah orang lain yang jiwanya di luar jangkauan Nalar, tapi saya masih punya kesempatan untuk merubah jiwa dan kebiasaan saya sendiri. 

Pula, semua yang ada di luar diri dan jiwa akan pergi, semua pasti akan memiliki kesempatan untuk maju atau menghempaskan diri dalam palung kemalasan, tapi saya masih bisa menolong diri sendiri saat bayangan pun akan menjauh, Allah, sang pencipta sang maha abstrak, keilmuwan dan kemampuannya yang tiada tara, sang maha ada luar biasa tak terbayangkan... Saya yakin Beliau akan selalu menolong hambanya.. 

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman membuat SIM di Polres Tangerang

Pengalaman Membuat Cincau Hijau Sendiri :)

Belanja di Pasar Senen, antara murah sangat dan sangat mahal