Pengalaman Sidang melalui Calo
Sidang tanpa Calo
Jangan sampai dah saya kena tilang lagi,
Jangan sampai dah saya kena tilang lagi,
Tanggal 29 November 2011, ada razia di pondok indah, Jakarta selaran, saya kena stop, mungkin karena grogi (maklumlah baru naik motor jauh-jauh), apesnya saya belum buat SIM, ya mau nggak mau pasti kena tilang, mau damai eh nggak bisa :D.
Sidangnya Tanggal 9 Desember 2011 di pengadilan negeri Jakarta Barat, sepulang kuliah saya meluncur ke pengadilan di kawasan Slipi Jakarta Barat, setelah mencari ke sana sini akhirnya ketemu juga pengadilan yang catnya warna hijau, " lah kok sepi ya?" ucap saya dalam hati, jangan-jangan sidangnya sudah selesai, waktu saya lihat jam udah jam setengah dua siang, tapi di depan gerbang pengadilan banyak motor terparkir dan juga banyak orang di salah satu sudut depan pengadilan itu.
"bang sidangnya di dalem?" tanya saya pada orang yang tengah sibuk markirin motor, saya nggak tau kalau di calo. akhirnya motor saya dia parkirin juga, katanya juga sidangnya udah tutup, saya nggak percaya, eh dia malah suruh saya ke dalam pengadilannya. setelah saya tengok ke dalam memang benar sepi, nggak ada orang sama sekali bahkan sepertinya pengadilannya nggak kerawat sama sekali, saya curiga kalau bukan pengadilan ini yang dimaksud.
Ya namanya juga calo, dia nyari duit begitu caranya, bantuin supaya orang gampang dalam berurusan, padahal gak bener. si calo tadi maksa saya berhenti terus minta surat tilangan saya, " ya udah sini surat tilangnya, biar saya yang urusin".
setelah ia baca-baca, ia minta harga seratus ribu.
" bang jangan segitu lah, apa nggak kemahalan tuh". pinta saya,
padahal kalau pemerintah mau tegas, denda yang nggak punya SIM kan paling besar satu juta, berhubung nggak tegas jadinya masi bisa di tawar tawar, pasal yang menjerat bagi orang orang yang nggak punya sim berupa denda paling besar 1.000.000 rupiah, atau kurungan paling lama empat bulan". menurut saya sih karena nggak jelas dan tegasnya hukum di indonesia makanya hukum bisa di tawar-tawar. dalam pasal itu nggak di sebutin denda terkecil yang mesti di bayarkan, jadi bisa saja dendanya 10.000 rupiah, dan kalau di bandingin 100.000 di bandingin sepuluh ribu maka seratus ribu masih kemahalan buat saya.
padahal kalau pemerintah mau tegas, denda yang nggak punya SIM kan paling besar satu juta, berhubung nggak tegas jadinya masi bisa di tawar tawar, pasal yang menjerat bagi orang orang yang nggak punya sim berupa denda paling besar 1.000.000 rupiah, atau kurungan paling lama empat bulan". menurut saya sih karena nggak jelas dan tegasnya hukum di indonesia makanya hukum bisa di tawar-tawar. dalam pasal itu nggak di sebutin denda terkecil yang mesti di bayarkan, jadi bisa saja dendanya 10.000 rupiah, dan kalau di bandingin 100.000 di bandingin sepuluh ribu maka seratus ribu masih kemahalan buat saya.
saya minta si calo ngasih tau saya di mana pengadilan tempat sidangnya, karena orang bego juga tau kalau pengadilan ini kayaknya bukan tempat apa apa, selain bangunan yang nggak terlalu ke urus, si calo nggak mau ngasih tahu, malah dia maksa supaya STNK nya biar dia yang urusin. saya kesel banget waktu, saya kalah cepat, si calo langsung ngasihin surat tilang saya pada seorang polisi yang langsung pergi dengan motor,
hahhhh, cape berurusan sama orang kayak gini,
si calo cuman markirin orang yang kebingungan sama ngumpulin surat tilang doang, terus surat tilangnya di kasihin ke polisi yang udah siap siap berangkat.
kadang kadang nyebelin juga berurusan sama orang kayak gini, tujuan mereka cuman satu. fulus/duit.
saya nggak pengen di bantu tapi saya inginnya biar saya yang kerjain sendiri, karena saya merasa lebih puas.
saya bertekad, nggak mau kejurumus lembah percaloan lagi, biar lebih panjang dan ribet atau harga sidang nggak jauh beda dengan harga yang di tawarin calo. karena rasanya berbeda.
Comments
Post a Comment