puisi bagi keduanya menjadi makanan sehari hari. saya katakan pada mereka : puisi itu lebai ya? Lebai?, alis keduanya bertemu saat saya katakan "yups, lebai, terus apalagi kalau bukan lebai?. Bagaimana tidak lebai, membacanya saja aneh.. saat didekladasi ada yang menangis, tersungkur, bahkan berjingkrak tak jelas.. sedikit tertawa kemudian menangis, ada juga yang membawa sapu, jubah hitam saat mendeklamasikan puisi. Puisi itu lebai, berlebihan. hiperbola.. anarkis dalam berbahasa... sarkasme .. ironi .. sintaksisnya amburadul, semantiknya sekarep dewe.. yoo puisi itu lebai. Tapi, puisi yang kelebaiannya berbuah indah, sarkasmenya mampu membangkitkan amarah. . . ironinya menohok halus namun mematikan, sintaksinya menjadi deretan kata yang memiliki warna tak terbatas. puisi mampu menimbulkan benci, cinta, sedih, senang.. dan padanya terselip sebuah sihir..... lebaikah puisi ? yang lebai itu yang tak suka puisi ....