Posts

Showing posts from February, 2012

Aku ingin jatuh cinta

Entahlah, apa itu jatuh cinta, sekian lama berharap kata itu dapat kupahami, Belum sampai saat ini, inginku jatuh cinta, merasakan jatuh yang banyak orang merasakannya. Jatuh ke dalam cinta? :) aku baru memahaminya sebagai guratan takdir kasih dari orang tua dan sekelilingku sedangkan belum jua jatuh, aku ingin jatuh jatuh dan jatuh, entah bangun kembali atau tidak aku belum tahu tapi aku ingin jatuh, Jatuh sesakit-sakitnya, sesenang-senangnya. Tuhan bantu aku jatuh cinta

Sungai Cisadane Tangerang, tempat wisatanya segala usia

Image
Tepian Sungai Cisadane Kota Tangerang Langit telah menelan lembayung jingga senja hari, satu dua kelalawar terbang melintasiku yang tengah menikmati suasana keremangan jalan. festival cisadane sumber foto : antarafoto.com Di pinggir jalan berhias, nama jalan alternatif yang  sepi di tepian sungai cisadane, lalu  menjadi  ramai dan semarak kala pemerintah kota menggelar festival cisadane setiap tahunnya. kini Aku dan motorku tengah melaju pelan di jalan ini, menikmati setiap hempasan angin malam yang menampar-nampar lembut wajahku. dengan suara mesin yang khas , motorku membuka percakapan " kenapa kau memilih jalan ini, bukankah masih ada jalan benteng jaya yang lebih terang dan menarik ?" tanyanya tanpa basa basi. keindahan cisadane kota tangerang di pagi hari sumber foto : lostpacker.blogspot.com " Nanti kita ke sana " jawabku. " Lagi pula tahu apa kau tentang jalan padahal baru tiga bulan kau di Tangerang!!" lanjut

Gemerisik Malam

Kalau hati sedang tak tenang, otakku jadi rasa nano nano , manis asam asin hidup yang masih sama setiap hari, bertemu dengan orang -orang yang sama di tempat yang sama,  wajah yang sama, sampai-sampai mereka ingin aku jadi bagian diri mereka kalau aku berbeda, ditegurnya aku agar tetap sama, tak bolehkah berbeda? ya, hidup ini, apa makna dari kehidupan? kehidupan yang sama, berputar di poros yang sama, belum juga kemana-mana. semuanya berbuntut pening, terlebih kalau pelajaran esok pagi menuntut hafalan.....     Dalam keadaan seperti ini, sulit sekali memaksa mata terpejam, setiap langkah detik jam dinding begitu terdengar, nyaring dan nyata, kaki-kaki yang menapak jalan di samping kosku, obrolan tukang ojek dekat klinik medira yang beroperasi 24 jam sebelah kos, kadang sampai larut malam bercengkrama membicarakan sidang Angie yang belum juga usai, padahal sidang itu tak ada pengaruhnya pada pekerjaan mereka, dasar hidup. Ya cengkrama mereka itu yang semakin malam semakin

Bahagia dalam hampa

Mimpi dalam tidur membawa keindahan tersendiri, terlebih semalam, seperti nyata , sebuah mimpi yang beralur maju, tak melompat-lompat, mimpi yang menyentuh, mimpi yang memperlihatkan kehidupan di dalamnya. Mimpi yang indah, Ia ada dalam mimpiku, Aku masih belum percaya kalau itu mimpi, Saat tersadar, Senyuman masih melekat di atas daguku = sebuah mimpi kerinduan Mimpi yang membawaku ke masa 3 setengah tahun yang lalu. Kumendengarkan ceritanya, kulihat simpulan senyum yang tak asing lagi, Senyuman kebahagiaan , senyum keindahan cinpataan Tuhan. Aku mendengarkan seksama, Aku melihatnya , Ia melihatku. Terus bercengkrama membicarakan Alam, keindahan ciptaan tuhan. Aku tak ingin mimpi ini terulang. Sebuah kebahagiaan dengan Kenyataan yang hampa. Tapi mengapa senyum ini terus saja mengembang Tuhan, Aku bahagia dalam kehampaan.

Petang di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Image
Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan ----- Di Trotoar depan terminal lebak bulus, di samping halte busway. langit masih mengandung mega merahnya yang belum lagi hilang ditelan malam------- Udara Jakarta masih seperti biasa, kotor dan berdebu ditambah bisingnya kernet kopaja dan metromini yang sibuk memburu penumpang, kuperhatikan pakaian dekil dan wajah kusut mereka bercampur dengan pantulan jingga cahaya lampu pinggir jalan, para kernet itu, oh bahagianya mereka, menjadi bagian dari kehidupan yang bekerja, kehidupan yang mencari nafkah biarpun dekil dan kumal tubuh mereka. Petang ini, aku baru saja pulang setelah latihan karate di Dojo yang tak jauh dari terminal bau pesing ini, walau badan rasa pegal namun  kuasik dengan lamunanku menyusuri trotoar yang putus-putus, rusak di sana sini, dan di pinggirnya dekat pagar jalan kulihat air yang belum merembas sepenuhnya ke dalam tanah, bau air itu menguap menusuk hidung, "mereka pikir jalanan ini toilet

Pengalaman membuat e-KTP

Image
Suasana kecamatan tempatku tinggal yang biasanya sepi, kini di penuhi oleh puluhan orang, kebanyakan para ibu dan bapak, sedang anak mudanya masih sibuk cari uang, karena sekarang hari senin, sedangkan aku sendiri bolos kuliah. ya itung-itung bantuin pemerintah mengurus pendataan untuk e-ktp. Suasana yang nyaman dan teduh, membuat kantor kecamatan ini nyaman, sebuah tenda telah disiapkan tepat di depan pintu masuk kantor, di bawahnya deretan kursi plastik berwarna merah sudah berjajar rapih. Aku yang baru langsung menuju meja tempat pendaftaran dan pengambilan nomor antri, petugasnya ramah, penanganannya cepat, selain mendaftar aku juga menanyakan seputar tempat kelahiranku yang salah dan namaku yang kurang satu huruf, data yang ada pada surat panggilan tidak sesuai dengan data pada KTP yang sekarang kumiliki. Aku yang lahir di Tangerang, kenapa harus tertulis Tulung Agung, baguslah hanya tempat lahirku yang salah, dan nama yang kurang satu huruf, jadi bisa langsung diperbaiki h

Seni Belok di Tengah Jalan

Image
     Buat SIM memang harus betul-betul serius, dan menurut saya kurang bijak untuk tembak menembak, sogok menyogok, bisa mati orang di tembak dan di sogok terus, dan lagi kasihan juga mereka terus makan uang yang kurang bersih , bisa menyebabkan perut buncit * katanya      Dan kenyataannya mudah sekali Buat SIM, semakin banyak uang maka semakin mudah, tak ayal kalau uang banyak diintip koruptor, urutan buat SIM hanya : Bawa uang, cari Calo baik calo dari dalam , maupun calo dari luar, kemudian tunggu , foto, jadi dah SIM. * di tangerang seperti itu, entah di kota lain     SIM bukanlah surat ijin melanggar, setiap orang yang memilikinya bisa melanggar seenak udelnya, kembali ke pokok pembicaraan .     Sore tadi, saat sinar mentari mulai menjingga, dengan kecepatan 60km/jam, saya kendarai motor kesayangan di jalan lurus, arah angin yang datang dari belakang, membuat motor kesayangan semakin nyaman di kendarai, namun saat matahari tertutup gumpalan awan tipis nan lembut,  tiba-

Hujan, Aku merindukanmu.

Image
Kumerindukanmu Hujan         Setiap melihat air hujan menetes dari tepian genting rumahku, melesat jauh ke tanah, ingatanku terbang ke masa lalu, sebelumku masuk sekolah dasar.         Hujan adalah panggilan jiwaku saat itu, hujan adalah berkah, hujan adalah penanda kebahagiaan yang tercipta lewat bulir air yang menghantam tubuhku yang kecil mungil itu, menghilangkan keraguan akan ketakutan pada guntur yang menggelegar, ya, bulir air yang melesat penuh semangat itu melenyapkan keraguan pada kilatan petir yang merindingkan kuduk. Hujan kaulah sahabatku.        Bersama sekumpulan kawan, berkejaran di tengah lapangan rumput yang tergenang, kecipak air dengan rumput lembut saat terinjak semakin indah, semakin membuatku takkan lupa pada lapang ini,  hujan masih terus saja mengguyur, bahagia sekali aku kala itu, terbang penat dan gelisah, oh ya, penat dan gelisah belumlah menghampiriku waktu itu, hidupku bebas, tanpa dosa tanpa beban. karena belum lagi aku masuk sekolah dasar.     

Halte busway jati padang

(Di bawah pohon kapuk di samping tumpukkan sampah di seberang halte jati padang jam 03.30 pagi,  sambil menghisap rokok). Di sinilah aku, di temani nasibku sebagai pemulung, sampah-sampah teronggok itu, mereka adalah harapan perutku hari ini.   Tahukah kamu, Aku mesti bangun pagi, ya mesti kabar ini tak penting untukmu, tapi tak apalah, Hitung hitung aku bercerita pada diriku sendiri, Pagi sekali aku harus bangun, bahkan lebih pagi lagi, mungkin jam 2 atau jam 2.30, saat kau masih nyenyak dengan mimpimu, saat kotoran di matamu mulai terbentuk.Saat itu para pemulung seperti diriku harus siap sedia, persaingan kami terlalu ketat, terlambat sedikit, hanya tumpukan sampah yang tersisa untukku tanpa botol-botol, kardus dan botol bekas.             Entah nasib mana yang membawaku ke kota dengan penduduk 9 juta jiwa ini, hah. Biar pemulung aku masih sempat baca koran bekas yang ku kais. Orang desaku bilang di sini mudah cari uang yang penting kemauan dan kerja keras, pendi

Elegi Ember

Terawanglah dengan mata dan hatimu ke dalam ember nestapa di keremangan nan lembab tercekik tembok, ratapannya tak terdengar, hanya desah panjang yang tak putus selama 2 hari ini. berdoa semoga langit jakarta tak bermuram durja sasmita belum munculnya sang penghangat siang membuat si ember semakin dalam menghela nafas dalam keraguan ia berkata : "tuhan buatlahku tersenyum, sembunyikan mendungmu. tampakkan geligi mentari yang berseri-seri. karena aku tak tahan menyimpan baju baju apek ini dalam tubuhku."